"Proses kreatif selalu terjadi di ruang tamu, biasanya sambil ngopi dan makan kuaci karena kuaci camilan kesukaan saya, he he," ucap ayah satu putra dari pernikahan dengan Gita Pratiwi itu, menambahkan.
Harus Saling Menguntungkan
Rencananya, Angga ingin memasukkan lagu-lagu karyanya ke platform digital. Saat ini ia sedang mencari publisher dan aggregator yang harus menguntungkan kedua belah pihak. "Jadi antara saya yang membuat lagu dan pihak yang membantu memproduksi serta memasarkan saling menguntungkan. Tentu saja personil band saya harus ikut kebagian untungnya, win-win solution, simbiosis mutualisme," kata Angga.
Baca Juga: Truk Bermuatan Pupuk Kandang Terguling dan Menimpa Pemotor di Garut
Angga menilai platform digital lebih memungkinkan. Soalnya, membuat album berwujud compact disc saat ini sudah kurang bagus penjualannya di pasaran kalau niatnya industri atau mainstream. Kecuali tujuannya hanya untuk memoriable atau merchandise karena zaman sekarang sudah serbadigital.
Karena itu saat ini ia memulai membuat grup baru bernama Telepoison. "Terakhir sih saya solois makanya semua video klip di Youtube memakai nama Anggara Surangga," ucapnya.
Ia menyebutkan awalnya agak trauma membuat band lagi yang ujung-ujungnya ia bubarkan karena selalu saja ada segelintir orang di dalam band yang tidak bisa berkarya tetapi lebih banyak bicara. "Biasalah dinamika berkarya bersama. Kalau melibatkan banyak orang lebih dari satu biasa begitu barangkali ya karena harus menyatukan lima sampai tujuh kepala jadi satu kesatuan," ucap Angga.
Ditambahkan Angga, bukan berarti dirinya tidak menerima perbedaan, tapi seluruh karya ia yang membuat. Belum lagi biaya yang dikeluarkan. "Saya yang keluar modal paling besar di band, sampai dahulu saya jual motor pemberian bapak saya untuk rekaman he he," tuturnya.***