Bukan Aphelion, Ternyata Inilah Penyebab Suhu Udara Lebih Dingin Akhir-akhir Ini

2 Juni 2022, 22:37 WIB
Ilustrasi cuaca dingin. BMKG jelaskan bukan aphelion penyebab udara dingin pada malam hari akhir-akhir ini. /Pixabay.com/Lorri Lang/

KABAR PRIANGAN-Cuaca di awal bulan Juni 2022 pada malam hari terasa lebih dingin dari biasanya. Beberapa masyarakat di daerah Jawa Timur merasakan perbedaan suhu yang lebih dingin saat malam tiba.

Fenomena suhu udara dingin ini pun dikaitkan dengan fenomena Aphelion. 

Fenomena Aphelion ini yaitu waktu ketika orbit dari sebuah planet, komet, atau benda langit lainnya berada di titik paling jauh dari matahari.

Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali dan di Indonesia biasanya berkisar di bulan Juli.

Baca Juga: Lowongan Pekerjaan untuk Lulusan D3, S1, dan S2 di KAI Logistik, Cek Kriteria dan Syaratnya Disini

Lantas apakah benar fenomena suhu udara dingin kali ini adalah karena fenomena Aphelion?

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengenai penyebab suhu udara dingin yang terjadi akhir-akhir ini bukan karena fenomena aphelion.

Menurut BMKG, fenomena suhu udara dingin  merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu bulan Juli-September.

Saat ini, wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau yang ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia.

Baca Juga: Dipercaya Jadi Kapten Timnas Indonesia Gantikan Fachruddin, Marc Klok: Setelah Penantian Bertahun-tahun

Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal  mengatakan bahwa pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

“Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia,” ungkap Herizal.

Herizal menjelaskan bahwa angin Monsoon Australia yang bertiup menuju Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.

Sehingga mengakibatkan suhu di wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa yaitu Pulau Jawa, Bali  dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin.

Baca Juga: Polres Garut Tangkap Pria Terduga Penjual Gadis ke Supir Truk

Namun selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara juga turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

“Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” jelas Herizal.

Tidak hanya itu saja, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

Baca Juga: Cuti Ridwan Kamil Berakhir, Keluarga Eril Kembali ke Indonesia, Atalia: Di Sungai Aare, Mamah Lepaskan Kamu

Akibatnya, membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.

Herizal menjelaskan juga mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam.

“Posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (Aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan,” ungkap Herizal.

Aphelion yang biasanya terjadi di sekitar bulan Juli ini, pada waktu yang sama secara umum wilayah Indonesia berada padaa musim kemarau.

Baca Juga: Cegah Penyebaran PMK, Pengawasan Mobilitas Hewan di Sumedang Bakal Diperketat

Hal itulah yang menyebabkan seolah Aphelion memiliki dampak yang ekstrim terhadap penurunan suhu di Indonesia.

“Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang,” imbuhnya.

Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto turut menjelaskan terkait suhu berdasarkan pengamatan BMKG di seluruh wilayah Indonesia.

Baca Juga: Bupati Canangkan Bulan Pencarian Balita Stunting di Kabupaten Garut

“Saat ini memang rata-rata suhu minimum dan maksimum di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator seperti Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara umumnya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya yang berada di utara dan/atau di sekitar ekuator,” jelas Gusmanto.

“Suhu udara minimum berkisar antara 14 - 21 derajat Celcius dengan suhu terendah tercatat di Maumere dan Tretes (Pasuruan),” imbuh Gusmanto.***

Editor: Helma Apriyanti

Tags

Terkini

Terpopuler