Kronologis Santri Ponpes Gontor Meninggal Dunia Akibat Kekerasan, Orangtua Korban Adukan kepada Hotman Paris

- 6 September 2022, 19:54 WIB
Akun instagram orangtua santri Pesantren Gontor yang meninggal dunia akibat kekerasan.
Akun instagram orangtua santri Pesantren Gontor yang meninggal dunia akibat kekerasan. /instagram.com/@Soimah_didi/

KABAR PRIANGAN - Kematian santri gontor yang meninggal dunia akibat kekerasan membuat heboh masyarakat.

Soimah, orangtua korban dari Albar Mahdi, seorang santri Pondok Modern Darussalam Gontor 1 Ponorogo Jawa Timur, tak menyangka bahwa anaknya meninggal dalam kondisi yang mengenaskan, diduga akibat tindakan kekerasan.

Santri pesantren Gontor asal Palembang itu dikabarkan meninggal pada Senin, 22 Agustus 2022 lalu pascamengikuti kegiatan perkemahan Kamis Jumat (Perkajum).

Baca Juga: Usai Periksa 7 Saksi dalam Kasus Tewasnya Santri Gontor, Polisi Kantongi Identitas Terduga Pelaku Penganiayaan

Soimah mengaku menerima kabar duka kematian anaknya secara tiba-tiba dari pengasuh Gontor yang menyebutkan anaknya meninggal dunia pada Senin, 22 Agustus 2022 pukul 10.20 WIB.

Akan tetapi yang menjadikan keluarga bertanya-tanya yaitu mengenai surat keterangan kematian yang menyatakan bahwa sang anak meninggal pukul 06.45.

“Ada apa! Rentang waktu itu menjadi pertanyaan keluarga kami,” kata Soimah, Senin, 5 September 2022.

Baca Juga: Hingga Agustus 2022 di Garut Terdapat 446 Kasus DBD, Enam Meninggal

Setelah mendengar kabar buruk itu, Soimah mengaku syok dan tidak bisa berpikir apa-apa dan hanya menunggu kedatangan anak sulungnya ke Palembang meskipun hanya tinggal mayat.

“Akhirnya almarhum tiba di Palembang pada Selasa siang,  23 Agustus 2022 yang diantar oleh pihak Gontor dipimpin ustad Agus, itu pun saya tidak tahu siapa ustad Agus itu hanya sebagai perwakilan,” tuturnya.

Menurut penuturan kronologi kejadian yang disampaikan perwakilan Gontor, Albar dikabarkan terjatuh akibat kelelahan selepas mengikuti agenda Perkajum, terlebih dia dipercaya menjadi ketua dalam acara tersebut.

Baca Juga: Kuliner Lagi Hits di Tasikmalaya, 'Sempolan Sempolan, Sempolan Ayam Harga Seribu, Enak...'

“Mungkin alasan itu bisa kami terima bila sesuai dengan kenyataan kondisi mayat anak saya,” ucapnya.

Namun, perasaan legowo Soimah dan keluarga sirna ketika mereka melihat kondisi mayat anaknya saat membuka kain kafan.

“Banyak laporan-laporan dari wali santri lainnya bahwa kronologi tidak demikian, kami pihak keluarga meminta agar mayat dibuka,” kata dia.

Baca Juga: Harga BBM Naik, Tarif Angkot di Kota Tasikmalaya Naik Menjadi Rp5.000 Perorang. Untuk Pelajar Rp3.000 Saja

“Sungguh sebagai ibu saya tidak kuat melihat kondisi mayat anak saya demikian begitu juga dengan keluarga,” ujarnya menambahkan.

Mengetahui kondisi jenazah anaknya tidak seperti terjatuh, Soimah dan keluarga lantas mengaku geram karena informasi yang disampaikan perwakilan pihak Gontor  berbeda dengan kenyataan yang diterima.

Dia lantas menghubungi pihak forensik dan rumah sakit untuk melakukan autopsi dan kedua pihak tersebut mengaku siap melakukan proses tersebut.

Baca Juga: Aksi Unjuk Rasa Tolak Kenaikan BBM Terjadi di Bekasi, Kepolisian Kawal Secara Humanis

“Namun, setelah didesak, pihak dari Gontor yang mengantar jenazah akhirnya mengakui bahwa anak saya meninggal akibat terjadi kekerasan,” ucap Soimah, dikutip  dari akun Instagram pribadinya, @soimah_didi, Selasa, 6 September 2022

Bertepatan dengan kunjungan pengacara kondang Hotman Paris ke Palembang pada Minggu, 4 September 2022, Soimah pun mengadukan insiden kematian anak pertamanya itu.

Di hadapan Hotman Paris, tangisan Soimah pecah sambil menceritakan anaknya yang meninggal dunia di salah satu pondok pesantren terbaik di Indonesia tersebut. Bahkan, aduan Soimah itu telah diunggah Hotman Paris di akun Instagram milknya.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah