Baca Juga: 5 Tempat Wisata di Bandung yang Dekat dengan Masjid Al Jabbar, Nomor 3 Paling Hits!
Tahun 1970, mereka menikah ketika Ikra masih menjadi seniman gembel di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua anak laki-laki, yaitu Innosanto Nagara, lahir tahun 1970, dan Rakrian Biko Nagara, lahir tahun 1980.
Ketika ia sekolah di Sekolah Rakyat (SR), Ikra memiliki teman yang ayahnya adalah seorang dalang. Kepadanyalah Ikra belajar wayang dan sering ikut jadi dalang dalam pementasan wayang.
Baca Juga: Ini Dia Bacaan Doa Malam Nisfu Syaban, Lengkap Dalam Bahasa Arab, Latin, dan Terjemahannya
Kemudian melanjutkan sekolah ke SMP dan SMA di Singaraja. Semasa kecil hingga remaja, Ikra sangat tergila-gila dengan buku, ia juga kerap terlibat dalam pementasan teater di Bali, bersama teman sekolahnya Putu Wijaya.
Karena aktivitas tersebut, Ikra tidak lulus SMA. Ia pun malu, lalu pindah ke Banyuwangi. Di sana, kegiatan berkesenianya semakin menjadi. Ia bergabung dengan Himpunan Seni Budaya Indonesia (HSBI).
Setelah menamatkan SMA di Banyuwangi, Ikra menyusul Putu Wijaya ke Universitas Gajah Mada, dan masuk ke Fakultas Teknik. Tapi baru setahun belajar di jurusan tersebut, Ikra memutuskan untuk pindah jurusan ke Fakultas Kedokteran.
Tahun 1966 terjadi pergolakan mahasiswa setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI. Kegiatan berkesenian menjadi lumpuh. Ikra ikut berdemontrasi, ia bahkan menjadi narahubung Yogyakarta-Jakarta. Kuliahnya pun menjadi berantakan.