Terbanyak di Asia Tenggara, PLN Resmikan 21 Unit GHP, Produksi 199 Ton per Tahun

- 24 November 2023, 19:29 WIB
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi, mewakili Menteri ESDM, meresmikan 21 unit GHP yang tersebar di seluruh Indonesia, Senin, 20 November 2023 di PLTGU Tanjung Priok, Jakarta.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi, mewakili Menteri ESDM, meresmikan 21 unit GHP yang tersebar di seluruh Indonesia, Senin, 20 November 2023 di PLTGU Tanjung Priok, Jakarta. /kabar-priangan.com/DOK/

Sementara itu Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyebutkan GHP adalah langkah strategis PLN untuk membangun rantai pasok green hydrogen pertama di Indonesia. Inisiatif hijau ini diharapkan mampu mengakselerasi transisi energi dan mencapai NZE tahun 2060. 

Baca Juga: Jelang Liburan Akhir Tahun, Tempat Wisata Unggulan di Garut Dibenahi

"Hari ini menjadi bukti, 'we walk the talk' bahwa komitmen ini kami wujudkan dalam bentuk nyata. Ini tidak hanya sekadar 'Green Hydrogen Plant', ini akan menjadi tonggak terbentuknya 'Supply Chain Green Hydrogen' di Indonesia dan PLN menjadi pionirnya," kata Darmawan. 

GHP besutan PLN ini diproduksi dengan menggunakan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area pembangkit. Selain dihasilkan dari PLTS yang terpasang, hidrogen hijau ini juga menggunakan 'Renewable Energy Certificate' (REC) yang berasal dari beberapa pembangkit EBT di Indonesia.

Menurut Darmawan, dengan 21 unit GHP ini mampu memproduksi hampir 200 ton per tahun, dari sebelumnya hanya 51 ton hidrogen per tahun. Hasil produksi 'green hydrogen' tersebut, sebanyak 75 ton per tahun digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit (cooling generator). Sementara 124 ton lainnya bisa digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, salah satunya untuk kendaraan. 

Baca Juga: Bupati Sebut Kinerja ASN di Garut Turun Akibat Agresifnya BJB Tawari Pinjaman

“Lewat GHP ini, kami membangun bagaimana transisi sektor transportasi ke 'low carbon transport' ini berjalan dengan baik. Tentu saja kalau kita berbicara transportasi, terdapat dua mazhab," ucapnya.

Diterangkannya, satu mengenai mobil listrik yang berbasis pada baterai. Kendaraan listrik sudah dibangun ekosistemnya. Kemudian ada mahzab lain yaitu berbasis pada hidrogen dimana ini perlu ada rantai pasok yang khusus dan perlu ada 'green hydrogen'.

Dengan rata-rata konsumsi hidrogen kendaraan 0,8 kg per 100 kilometer, tuturnya, maka 124 ton green hydrogen yang diproduksi bisa dipakai untuk 424 mobil per tahun yang bergerak 100 kilometer dalam sehari. Angka tersebut bisa menurunkan emisi karbon hingga 3,72 juta kg CO2 dan mengurangi impor BBM sebesar 1,55 juta liter per tahun, mengubah energi impor menjadi energi domestik.

Baca Juga: Bangun Korporasi Ekspor, Lapas Garut Siap Penuhi Permintaan Eksport Kerajinan Sabut Kelapa Tujuan Prancis

Halaman:

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x