Masuk Periode Pancaroba, BMKG: Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi di Bulan Maret-April 2024

- 27 Februari 2024, 12:00 WIB
Angin puting beliung yang memporakporandakan wilayah Sumedang-Rancaekek beberapa hari yang lalu. Memasuki periode pancaroba, bmkg ingatkan cuaca ekstrem berpotensi terjadi maret-april nanti.
Angin puting beliung yang memporakporandakan wilayah Sumedang-Rancaekek beberapa hari yang lalu. Memasuki periode pancaroba, bmkg ingatkan cuaca ekstrem berpotensi terjadi maret-april nanti. /kabar-priangan.com/DOK tangkap layar/

KABAR PRIANGAN – Memasuki periode pancaroba atau peralihan musim, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi selama bulan Maret-April 2024.

Hal itu diungkapkan langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati. “Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap Dwikorita di Jakarta pada Minggu, 25 Februari 2024.

Ciri Pancaroba

Menurut Dwikorita, berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia yang mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April. Ada salah satu ciri masa peralihan musim, yaitu pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari.

Baca Juga: Update BMKG Gempa Hari Ini di Banten M5,7 Dirasakan hingga Skala IV MMI

“Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan,” jelas Dwikorita. “Karakteristik hujan pada periode ini, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat,” jelasnya.

Ciri Awan Cumulonimbus

Awan CB ini yang erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuk awan Cumulonimbus ini  seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Selain itu menurut Dwikorita, curah hujan yang lebat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Dwikorita pun menghimbau kepada masyarakat yang tinggal didaerah perbukitan yang rawan longsor untuk waspada dan berhati-hati selalu.

Pemicu Meningkatnya Curah Hujan

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto turut menambahkan beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan dan dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang di wilayah Indonesia. Diantaranya yaitu aktivitas monsun asia yang masih dominan, aktivitas Madden Jullian Oscillation (MJO) pada kuadran 3 (Samudra Hindia Bagian Timur) yang diprediksi akan memasuki wilayah Pesisir Barat Indonesia pada beberapa pekan kedepan, dan adanya aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian Selatan, Tengah, dan Timur. Keempat, terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia Bagian Tengah dan Selatan.

Baca Juga: Cuaca Ekstrem, Warga Sumedang Diajak Waspadai Potensi Bencana

"Seluruh fenomena atmosfer tersebut berkontribusi terhadap terjadinya fenomena cuaca ekstrem di berbagai wilayah di Indonesia," ucap Gusmanto.***

Editor: Helma Apriyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x