Mengunjungi Gilang Tiara, PKBM Tertua di Kabupaten Bekasi yang Memiliki Konsep Belajar Sepanjang Hayat!

11 Februari 2023, 00:13 WIB
Kegiatan belajar mengajar di PKBM Gilang Tiara di Kampung Gaok, Desa Muktijaya, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi.* /Tangkapan layar Facebook/PKBM Gilang Tiara/

KABAR PRIANGAN - Mahalnya biaya pendidikan wajib belajar sembilan tahun menjadi dinamika permasalahan yang serius bagi keluarga tak mampu. Kurangnya pendidikan dan skill yang tidak mumpuni tentu saja akan berdampak negatif bagi kemajuan dan kesejahteraan suatu keluarga.

Bahkan ini adalah pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan, agar putra-putri penerus bangsa Indonesia dapat terus belajar dan tidak tertinggal oleh bangsa asing.

Baca Juga: Kuliner Legend Bekasi, 3 Rumah Makan Gabus Pucung Ini Olahannya Langka juga Harganya Ramah di Kantong

Salah satu program pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut adalah dengan mengadakan program belajar Pendidikan Non-Formal, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) hadir meyediakan program-program pemerintah.

Tujuannya agar masyarakat di sekitar lingkungan PKBM tak tertinggal dan dapat setara dengan mereka yang menikmati pendidikan formal melalui Kelompok Balajar (Kejar) Paket A (setara SD), Kejar Paket B (setara SMP) dan Kejar Paket C (setara SMA).

PKBM Gilang Tiara adalah pelopor PKBM atau PKBM pertama di Kabupaten Bekasi yang berada di Kampung Gaok, Desa Muktijaya, Kecamatan Setu. Dari awalnya Lembaga Pendidikan Kursus (LPK) Gilang Tiara kemudian berubah menjadi PKBM Gilang Tiara, merupakan sebuah sejarah panjang.

Informasi yang dihimpun Kabar-Priangan.com, PKBM ini didirikan berangkat dari jiwa sosial yang sangat tinggi (Almarhumah) Ibu Ihat Husnul Hotimah, SPd. Perempuan kelahiran Cisepet, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, tersebut tergerak melihat warga sekitar yang masih hidup dalam keterbelakangan dan hampir 80% penghasilan dari bertani. Ironisnya daerah ini tak terlalu jauh dari ibu kota Jakarta karena masih berada di kawasan Jabodetabek. 

Baca Juga: Ini 5 Tempat Wisata Alam di Ciamis Murah Meriah, Jadi Destinasi Favorit untuk Hunting Saat Libur Akhir Pekan!

Pada tahun 1998 itu, Ibu Ihat yang merupakan seorang ibu rumah tangga alumni SDN 2 Jelat dan SDN Petirhilir Baregbeg Ciamis, SMPN 3 Bekasi, dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Bekasi di Tambun, mendirikan LPK Gilang Tiara yang bergerak dalam bidang kursus menjahit.

Selain memberikan keterampilan kepada warga sekitar, Ibu Ihat pun bekerja sama dengan beberapa owner pabrik di sekitar Kabupaten Bekasi dan Bogor sehingga murid yang sudah tamat kursus dapat langsung disalurkan dan siap untuk bekerja. Dalam satu tahun pertama murid didik LPK Gilang Tiara mencapai lebih dari 300 orang.

(Almh) Ihat Husnul Hotimah, Pendiri PKBM Gilang Tiara Kabupaten Bekasi.*

Belum puas dengan pelayanan pendidikan yang dirasa belum layak, pada tahun 2001 Ibu Ihat pun mendirikan PKBM Gilang Tiara. Namun berbeda dengan LPK kursus menjahit, penilaian sejumlah warga sekitar terhadap dunia pendikan sangat kurang bahkan dianggap tidak penting. Hal itu menjadi tantangan terbesar bagi Ibu Ihat.

Baca Juga: Libur Akhir Pekan Berkesan, Menikmati Suara Seperti Kereta Api di Tempat Wisata Eksotis Kawah Kamojang Garut

Program PKBM Gilang Tiara sendiri salah satunya yaitu Keaksaraan Fungsional (KF), dimana konsep belajar sepanjang hayat muaranya di sini. Jika murid-murid sekolah formal adalah mereka yang berusia 7 sampai 18 tahun, hal itu berbeda dengan KF yang warga belajarnya kebanyakan sudah berusia lanjut (Andragogi).

Menurut Bapak Subiatna MPd, Suami (Almarhumah) Ibu Ihat Husnul Hotimah, ada hal unik dan mengesankan terkait mengajak dan menerangkan kepada masyarakat sekitar bahwa pendidikan itu sangat penting. Ketika itu Ibu Ihat membuat program bantuan modal sebesar Rp100.000 bagi warga yang sudah bisa membaca dan menulis.

Karena notabene warga di lingkungan sekitar adalah petani yang sebagian besar tidak bisa menulis, membaca, apalagi berhitung, maka sangat banyak petani yang mengalami selisih ketika menghitung uang hasil bumi yang mereka dapatkan dari para tengkulak.

Baca Juga: Rawa Hambaro, Dimanfaatkan Sementara Warga Setu Bekasi sebagai Tempat Wisata. Menunggu Sentuhan Pihak Terkait

"Buta aksara menjadikan para petani banyak rugi dibanding untungnya, maka Ibu Ihat sangat menginginkan para petani sekitar melek aksara. Jadi antusias warga untuk bisa membaca dan menulis menjadi sebuah keharusan mutlak, sehingga akhirnya dapat mengikuti proses pembelajaran di PKBM Gilang Tiara," ujar Subiatna dalam wawancara dengan Kabar-Priangan.com, Jumat 10 Februari 2023.

Berkat kegigihan dan perjuangan Ibu Ihat, kini ribuan masyarakat menjadi melek aksara serta mempunyai skill menjahit. Sedikit demi sedikit pekerjaan warga sekitar berubah menjadi karyawan pabrik, secara tidak langsung hal inilah yang kemudian menaikkan taraf hidup warga sekitar.

Sampai sekarang PKBM Gilang Tiara masih tetap beroperasi di tengah wacana penghapusan Pendidikan Non-Formal karena setiap warga negara berhak atas pendidikan yang hal itu tercantum dalam Pasal 31 ayat 1 UUD 1945.*

 

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler