Perjalanan 'Lakon yang Ditulis Kemudian', Akan Dipentaskan UKM Teater 28 Unsil Tasikmalaya Keliling Jawa-Bali

8 Mei 2023, 09:13 WIB
Salah satu adegan dalam pementasan 'Lakon yang Ditulis Kemudian' karya dan sutradara Bode Riswandi, oleh UKM Teater 28 Unsil. /kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara/

KABAR PRIANGAN - Pada sesi diskusi usai pertunjukan 'Lakon yang Ditulis Kemudian' yang dipentaskan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater 28 Universitas Siliwangi (Unsil), sutradara cum penulis naskah, Bode Riswandi, menceritakan proses kreatif lahirnya karya ini sekaligus kisah-kisah dramatis yang dialami para pemain selama proses tersebut.

'Lakon yang Ditulis Kemudian' ditulis oleh Bode Riswandi, yang juga alumni Teater 28 Unsil, berawal dari risetnya sejak tahun 2009.

Pada tahun tersebut ia meneliti kehidupan perempuan di sejumlah kawasan lokalisasi di Jambi, Sarkem, (Yogyakarta), Saritem (Bandung), Gang Sadar (Purwokerto), dan sejumlah tempat di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: 9 Peserta Utusan Banjar Diberangkatkan Ikut STQH Jabar, Pj Sekda: Diharapkan Raih Prestasi Sekuat 'Wali Sanga'

Dari hasil riset tersebut, lahirlah sejumlah karya sastra dalam bentuk cerita pendek (cerpen), novel, dan naskah drama. Pada tahun 2012, Bode Riswandi menyuguhkan hasil risetnya itu ke dalam tiga cerpen.

"Berteman Baik Dengan Pelacur", "Pelacur yang Mati Sehari Menjelang Pemilukada", dan "Para Pembunuh" yang termuat dalam kumpulan cerpen berjudul Istri Dalam Celurit.

Enam tahun berselang, yaitu pada tahun 2018, cerpen-cerpen tersebut kemudian dikembangkan jadi dua naskah drama, yaitu Lakon yang Ditulis Kemudian dan Tamu Istimewa.

Baca Juga: Viral Kades Saguling Ngamuk: Mana Kerjanya Dewan Ciamis? Janji Manis, Angin Surga, Tapi Kalau Sudah Jadi?

Pada tahun yang sama, Lakon yang Ditulis Kemudian dipentaskan keliling Jawa-Sumatera untuk pertama kalinya oleh Teater 28. Di tahun 2019, Bode merampungkan satu naskah drama lain yang bersumber dari cerpennya dengan judul yang sama, "Seseorang yang Mati Sehari Menjelang Pemilukada".

Setahun kemudian, yakni pada tahun 2020, Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya dua periode ini, menggembangkan lagi cerita-cerita tersebut menjadi novel berjudul Hari Terakhir di Rumah Bordil yang diterbitkan penerbit Basabasi, Yogyakarta.

Setahun kemudian, kelompok teater yang lahir pada tahun 1990 ini telah mempersiapkan pertunjukan selanjutnya, yaitu Tamu Istimewa.

Baca Juga: Jembatan Cidugaleun Ambruk, Nyaris Memakan Korban. Akibatnya, Warga Dua Desa Terisolir

Namun, pertunjukan itu batal dipentaskan pada H-4 karena muncul larangan membuat kerumuman sehubungan dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Tasimalaya.

“Padahal itu sudah terjual seribu tiket lebih. Sudah kami gunakan uangnya untuk membuat artistik. Tapi, alhamdulillah, penonton mengikhlaskan,” kenang Bode atas peristiwa di awal masa pandemi Covid-19 itu.

Tahun 2023, kelompok ini kembali mementaskan Lakon yang Ditulis Kemudian untuk dipentaskan keliling di Tasikmalaya, Cianjur, Jakarta, Surabaya dan Denpasar.

Baca Juga: UPT Museum Disparbud Garut Gelar Lomba Cerdas Cermat Bertemakan Murid Nomor Wahid

Cerita Di Balik Layar

Kendati merupakan pentas ke dua, Bode mengatakan, ada sejumlah perbedaan antara pentas tahun 2018 dan tahun ini. Salah satu yang ia kenang adalah Penata Artistiknya.

“Tahun 2018 itu Penata Artistiknya Bah Ageung. Waktu itu dia bawa anaknya yang masih remaja nonton pertunjukan ini. Sekarang itu anak ikut main. Dia anggota Teater 28. Masya Allah! Yang bikin saya terharu, ayahnya kan baru meninggal. Sudah saya bilang untuk jangan dulu latihan, tuntaskan dulu urusan di rumah. Tapi dia malah datang. Katanya, Abah sudah memberi izin untuk pentas keliling,” kenang Bode dengan mata berkaca-kaca.

Ageung S. Noor merupakan seniman teater asal Tasikmalaya yang meninggal pada Rabu, 3 Mei 2023. Bah Ageung, panggilannya, diakui Bode merupakan sosok yang ia anggap guru di teater.

Baca Juga: Diterjang Hujan saat Makan, Pengunjung Situ Gede Tasikmalaya Kapok Makan di Lesehan Balakecrakan

Bode bercerita, awalnya Bah Ageung tidak mengizinkan anaknya untuk turut serta sebab khawatir kelelahan karena beratnya perjalanan.

Namun, anaknya itu kembali meminta izin pada ayahnya dan meyakinkan bahwa ia akan baik-baik saja.

“Waktu itu, Bah Ageung sudah ngga bisabicara kan. Dia hanya berbaring di kamar. Anaknya masuk, minta izin lagi. Bah Ageung hanya memegang tangan anak perempuannya itu sambil menangis tanda mengizinkan,” cerita Bode.

Baca Juga: Pemborong Diminta Tidak Asal-asalan dalam Pembangunan Kantor Baznas Garut

Selain itu, dosen sastra pada Fakultas Pendidikan dan Ilmu Keguruan UNSIL ini pun berbagi kisah tentang perjuangan anggota Teater 28 dalam mempersiapkan pertunjukan kali ini.

“Wah, macam-macam. Ada yang kecelakaan, ditabrak mobil waktu lagi ngurusin proposal. Giginya habis. Tapi ia masih terus,” kata Bode sambil menunjuk seorang yang dimaksudnya.

Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi selama pentas keliling, Bode selaku sutradara menyiapkan tiga orang untuk memerankan satu peran.

Baca Juga: UPT Museum Disparbud Garut Gelar Lomba Cerdas Cermat Bertemakan Murid Nomor Wahid

“Kita pakai tiga lapis. Kalau ngga gitu, wah, repot,” ungkapnya.

Jumlah total anggota yang ikut sekitar 50 orang. Mereka yang ikut hampir semua menjalankan peran ganda, sebagai pemain sekaligus mengurus bidang tertentu, seperti konsumsi, make up, manajemen, dan lain sebagainya.

Militansi Seniman Tasikmalaya

Kendati akan berkeliling Jawa-Bali selama lebih kurang dua minggu, Bode pecaya betul pada mahasiswanya bahwa mereka telah tahan banting, punya solidaritas kuat, dan siap menghadapi berbagai macam situasi.

Baca Juga: Pimpinan Dewan Rakyat Britania Raya, Penny Mordaunt, Curi Perhatian dalam Upacara Penobatan Raja Charles III

Hal itu karena ditempa oleh pengalaman Teater 28 sendiri yang tiap tahun mengadakan pentas keliling.

Bode juga sempat menyinggung militansi seniman Tasikmalaya yang menurutnya telah teruji, bahkan sejak awal mereka berkesenian.

Menurutnya, totalitas dan militansi itu bukan hanya tercermin dari bagaimana para seniman Tasikmalaya sanggup melakoni panjangnya proses teater, namun siap mengikuti kompetisi kesenian walau dengan persiapan yang pendek.

Baca Juga: Event Wisata Eksplore 210 Domba Guling di Garut Pecahkan Rekor Muri, Minggu Malam Ini Pertunjukan Wayang Golek

Pendapatnya ini terkait dengan keikutsertaan dua kelompok teater asal Kota Tasikmalaya, yaitu Legion 28 dan Ngaos Art pada Festival Seni Bali Jani V Tahun 2023 untuk mata lomba Teater Moderen.

Kendati waktu latihan yang pendek selama bulan puasa, namun kedua kelompok ini berhasil mengikuti time line sesuai yang telah ditetapkan panitia.

Bode menilai hal ini bisa terjadi karena seniman-seniman di Tasikmalaya memiliki jiwa militansi dan totalitas yang baik dan terpupuk sejak dini.

Baca Juga: Kejuaraan Pacuan Kuda Bupati Cup 2023 di Pangandaran Hadiah hingga Puluhan Juta Rupiah, Ini Nama Kuda-kudanya

Festival ini sendiri merupakan kegiatan rutin tingkat nasional yang digelar oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali. Kota Tasikmalaya menjadi satu-satunya daerah di Jawa Barat yang tercatat mengikuti kegiatan tersebut.***

 

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler