Sebagai bahan untuk pembelajaran di sekolah, ujar Taufik, seharusnya sebuah buku harus sudah bersih dari kesalahan, baik dalam penulisan, maupun dalam isi pembelajaran. "Meski buku ini mencantumkan adanya editor, tapi tampaknya mereka tak bekerja, karena tak ada upaya memperbaiki kesalahan yang dibuat penulisnya," ujar sastrawan Sunda ini.
Taufik sendiri mengaku sudah berkomunikasi dengan penulis bukunya yakni Cucu Wijayanto. "Pak Cucu sudah menyadari kesalahannya dan berjanji akan memperbaiki buku tersebut. Buku ini memang harus direvisi dulu jika akan dipergunakan di sekolah-sekolah," ujar Taufik.
Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) SD Kabupaten Tasikmalaya, Amin Miftahul P., mengatakan, buku "Kandaga Winaya Sunda" ini belum beredar di seluruh sekolah. saat ini buku tersebut telah ditarik dari sekolah yang sudah dikirim, dan dikumpulkan di masing-masing K3S kecamatan."Awalnya saya tidak tahu kronologi masalah buku tersebut. Baru tahu setelah muncul ke permukaan di media sosial," ujarnya, saat diwawancarai kabar-priangan.com/ Harian Umum Kabar Priangan melalui telepon, Kamis 9 Maret 2023.
Amin mengaku sudah melihat buku tersebut, tetapi belum mendalaminya. "Karena di dalamnya banyak kesalahan seperti yang beredar di media sosial, sudah diinstruksikan di grup WhatsApp K3S Kabupaten Tasikmalaya, agar buku tersebut ditarik dulu, nanti akan diganti dengan buku yang sudah direvisi oleh penulisnya. Buku itu harus direvisi dulu, sebelum dipakai di sekolah-sekolah," tuturnya.
Mengenai buku-buku pelajaran bahasa Sunda tersebut yang beredar di sekolah, menurut Amin, itu hak prerogatif sekolah. "Pembelian buku merupakan hak prerogatif sekolah, disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah tersebut," ujarnya.***