Salah Mengolah Caruluk atau Buah Nira Bisa Jadi Gatal, Ini Proses Panjang hingga Jadi Kolang-kaling

4 April 2022, 10:24 WIB
Pengrajin pengolah kolang-kaling tengah merebus dan mengupas buah nira untuk menjadi kolang-kaling di Desa Tanjungsari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Salah satu hidangan takjil saat berbuka puasa yang paling sering dijumpai yakni kolak kolang-kaling, atau orang sunda menyebutnya kolek cangkaleng.

Akan tetapi, tahukan anda jika proses pengolahan buah pohon aren atau pohon nira (caruluk) untuk menjadi biji kolangkaling siap konsumsi yang putih bersih ini memerlukan proses yang cukup lumayan panjang.

Tidak mudah dalam mengolah buah nira (caruluk) untuk menjadi cangkaleng siap konsumsi. Jika salah dalam mengolah, maka tentu cangkaleng tidak bakalan untuk enak dimakan. Bahkan kita harus waspada pada getahnya yang akanmembuat gatal-gatal pada kulit.

Baca Juga: Thomas Verheydt Masuk Radar Pemain Incaran Persib Bandung Usai Ciro Alves Ditikung Bhayangkara FC

Buah Nira tengah direbus dan dikupas.

Dudu Sutisna (47) seorang pengolah cangkaleng di Desa Tanjungsari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya, menuturkan, dalam mengolah buah nira menjadi cangkaleng memerlukan waktu hingga berjam-jam.

Buah nira atau caruluk yang diperoleh ini harus disimpan terlebih dahulu selama beberapa hari guna mengeluarkan getahnya.

Kemudian buah nira direbus mempergunakan api sedang pembakaran kayu bakar selama dua kali proses perebusan.

Baca Juga: Mencekam! Video Angin Puting Beliung yang Melanda Kota Garut Beredar Luas di Media Sosial

"Perebusan pertama dilakukan selama tiga jam. Kemudian ditiriskan dulu hingga dingin. Lantas direbuskembali selama dua jam. Baru caruluk ini bisa dikupas," jelas dia.

Proses pengupasan buah nira untuk mengambil biji cangkaleng ini yang memerlukan kepiawaian khusus. Pasalnya tahapan ini dilakukan ketika buah nira masih dalam keadaan panas. Setelah cukup banyak yang terkupas, maka cangkaleng ini dicuci hingga bersih dan direndam selama semalaman.

Proses belum berhenti disana, sebab cangkaleng memerlukan tahapan penggeprekan untuk menghasilkan tekstur lebih lunak dan empuk.

Baca Juga: Ditikung Bhayangkara FC, Persib Bandung Gagal Datangkan Ciro Alves

Barulah cangkaleng siap untuk dijual atau dibawa ke pengepul. Harga pada musim ini cukup lumayan, yakni berkisar Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kg.

"Alhamdulillah menjelang bulan ramadan ini permintaan akan cangkaleng meningkat drastis," ujar Dudu.

Dikatakan dia, saat ini pihaknya cukup kesulitan untuk mendapatkan bahan baku buah nira jika mengandalkan pasokan sekitar Salawu. Sebab kini pohon nira atau pohon aren tersebut kini jauh lebih sedikit dari masa 10 tahun lalu.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Senin 4 April 2022: Capricorn, Aquarius, Pisces. Kabar Baik Akan Menghiasi Harimu

Selain sudah banyak pohon tidak produktif dan kemudian ditebang pemilik lahan, kini mereka bersaing dengan para penyadap gula aren. Sebab bahan baku yang dipakai sama-sama dari pohon nira ini.

"Apalagi saat ini banyak buah caruluk yang masih sangat muda, sehingga belum siap untuk dijadikan cangkaleng," tambah dia.

Untuk memenuhi kebutuhan produksi, maka Dudu pun berkelana mencari bahan baku ke sejumlah wilayah seperti Cipatujah, Cikalong hingga Cisompet dan Pameungpeuk Garut.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Senin 4 April 2022: Tonton Para Pencari Tuhan Jilid 15 dan Trio Gabut Kursus Iman

Pembelian dilakukan dengan sistem borongan seharga Rp 200.000 sampai Rp 300.000 per pohon, tergantung banyaknya buah nira.***

 

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler