Baca Juga: Sungai Ciwadori Meluap, 10 Rumah di Desa Buniseuri Cipaku Ciamis Terendam Banjir
Dia melanjutkan, hantaman yang diterima para perajin tahu tempe tak berhenti sampai disitu.
Selanjutnya, para perajin dihantam oleh naiknya harga BBM yang mengakibatkan biaya produksi melonjak dan nilai tukar dolar ikut naik. Imbasnya, harga kacang kedelai ikut naik.
Ditambah lagi sekarang penjualan tahu dan tempe di pasar sepi, karena sekarang musim hujan.
Baca Juga: Korban Kebakaran Terima Bantuan dari Bupati dan Baznas Garut
“Sementara harga masih tetap, karena sulit untuk dinaikan dalam kondisi ekonomi seperti ini. Kalau harga jual dipaksa dinaikan, penjualan pasti menurun. Jadi penjualan turun, bahan-bahan naik. Semua bingung,” katanya.
Dia mengakui, menyiasati masalah ini, beberapa bulan lalu para perajin sempat menaikan harga jual tahu dan tempe.
“Untuk bisa normal lagi, dibutuhkan waktu sekitar satu hingga dua bulan. Makanya pintar-pintar perajin aja untuk mempertahankan usaha. Ada yang ukurannya diubah dan segala macam," ujarnya.
Saat ini ujar dia, harga terendah tahu di pasaran Rp 300 per buah atau Rp 3.000 per bungkus. Untuk tempe itu Rp 2.000 per buah, dengan ukuran lebih kecil.