Mengapa Israel Targetkan Rumah Sakit Palestina, Benarkah Perang Psikologis? Ini Penjelasan dari Analis

22 November 2023, 14:06 WIB
Seorang anak Palestina yang terluka dalam serangan Israel mendapat pertolongan di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan. /Reuters/ Mohammed Salem/

KABAR PRIANGAN - Dalam beberapa pekan terakhir, operasi militer Israel di Gaza semakin brutal. Mereka bahkan menargetkan rumah sakit Palestina, memaksa evakuasi semua orang di rumah sakit (termasuk pasien yang kritis) dalam waktu satu jam, dan menyerang rumah sakit dengan tembakan artileri tanpa peringatan yang menghancurkan lantai dua rumah sakit.

Pada hari Senin, 20 November 2023, Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahia, Gaza, diserang oleh tentara Israel, menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk dua dokter, dan barikade tank Israel kemudian mengepung rumah sakit tersebut.

Berapa Banyak Rumah Sakit yang Diserang Tentara Israel?

Selain serangan terbaru ini, dalam enam minggu sejak 7 Oktober 2023, setidaknya 21 dari 35 rumah sakit di Gaza, termasuk satu-satunya pusat kanker di Gaza, tidak berfungsi karena kurangnya obat-obatan dan persediaan dasar.

Baca Juga: Menjaga Gaza Tetap Online: Pahlawan Telekomunikasi Palestina Pertaruhkan Nyawa di Bawah Gempuran Israel

Pada hari Minggu, 31 bayi prematur dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Shifa di Rafah di Jalur Gaza Selatan. Karena pemadaman listrik yang disebabkan oleh pengepungan Israel terhadap daerah kantong tersebut setelah serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, bayi-bayi tersebut terpaksa tidak berada di inkubator dan diberi susu formula dan air yang tidak steril selama berminggu-minggu. Setidaknya delapan anak telah meninggal.

Pekan lalu tentara Israel menduduki Al-Shifa setelah membombardir beberapa bagian rumah sakit. Seperti rumah sakit lain di Gaza, Al-Shifa menampung ribuan warga sipil yang kehilangan tempat tinggal akibat pemboman Israel, staf medis serta pasien.

Pada hari Jumat, 17 November 2023, tentara Israel memperluas serangannya dari Gaza hingga Tepi Barat, dimana kendaraan lapis baja mengepung setidaknya empat rumah sakit. Salah satu rumah sakit yang diserang adalah rumah sakit terbesar di Tepi Barat bernama Rumah Sakit Ibnu Sina dan pada awal November 2023, selain itu pasukan Israel juga menangkap beberapa pasien dan staf rumah sakit di Yerusalem Timur.

Baca Juga: Hamas Dekati Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza Palestina dengan Israel, Perundingan Alot dan Diulur-ulur

Serangan tentara Israel terhadap rumah sakit telah menuai kritik keras dari kelompok hak asasi manusia arus utama, dan menuduh mereka melakukan kejahatan perang. Secara resmi, Israel bersikeras untuk menargetkan fasilitas tersebut, dengan alasan bahwa fasilitas tersebut digunakan oleh pejuang Hamas.

Israel mengklaim Hamas menggunakan Al-Shifa sebagai pusat komandonya. Namun, Hamas membantah klaim tersebut, dan dalam beberapa hari setelah mengambil kendali atas pusat kesehatan tersebut, Israel tidak dapat memberikan bukti nyata untuk mendukung klaim tersebut

Alasan Sebenarnya Tentara Israel Menyerang Rumah Sakit

Omar Rahman, anggota Dewan Urusan Global di Timur Tengah yang berbasis di Doha, mengatakan bahwa ada alasan yang lebih masuk akal mengapa Israel menyerang rumah sakit yaitu perang psikologis dan dengan tujuan mengintimidasi warga Palestina, “Serangan terhadap rumah sakit memberi sinyal kepada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman (bagi warga Palestina),” kata Rahman kepada Al Jazeera, seraya menambahkan bahwa Israel telah bertindak dengan "kekebalan hukum".

Baca Juga: 28 Bayi Prematur Gaza Dievakuasi ke Mesir di Tengah Serangan Israel

Tahani Mustafa, analis senior Palestina di International Crisis Group, mengatakan keputusan untuk menanamkan rasa tidak aman di antara warga Palestina di setiap pemukiman di sepanjang jalur tersebut bertujuan untuk menekan segala bentuk perlawanan. “Ini adalah bagian dari pola pelanggaran yang telah berlangsung lama terhadap personel medis dimana Israel menunjukkan kepada warga Palestina bahwa tidak ada satu orang pun yang aman berada di manapun,” kata Mustafa kepada Al Jazeera.

“Hal ini adalah upaya sistematis untuk mengintimidasi penduduk lokal serta melemahkan keinginan mereka untuk melawan (penjajah Israel),” tambahnya.

Selama perang berlangsung, Israel menyerang sejumlah ambulans dan fasilitas medis di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan klaim bahwa pejuang Palestina menggunakan ambulans dan fasilitas medis sebagai transportasi dan tempat berlindung. Tuduhan ini tanpa memberikan bukti yang mendukung klaim tersebut, kata Mustafa.

Lampu Hijau AS Memfasilitasi Tindakan Israel

Menurut Trita Parsi, wakil presiden Quincy Institute for a Responsible Stateship yang berbasis di Washington, Israel dapat menyerang gedung-gedung sipil seperti rumah sakit karena mereka bisa bebas dari hukuman. “Satu-satunya perintah dan pembatasan yang diberlakukan dalam masalah ini berasal dari Amerika Serikat, Israel percaya bahwa kecaman internasional tidak menjadi masalah kecuali Amerika Serikat ingin membatasi tindakannya,” tutur Parsi kepada Al Jazeera.

Baca Juga: Hasil Investigasi Indikasikan Helikopter Militer Israel Tembaki Pengunjung Festival Musik Nova 7 Oktober 2023

Parsi mengatakan bahwa Israel memanfaatkan situasi tanpa tekanan dari Amerika Serikat dan sayap kanan yang pernah ada di Israel, “Israel memanfaatkan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan sebelumnya,” kata Parsi.

Namun pemanfaatan situasi yang sewenang-wenang oleh Israel akan berdampak buruk terhadap AS, “Reputasi global dan kredibilitas Amerika Serikat telah runtuh karena memberi lampu hijau terhadap tindakan Israel seperti ini,” tambahnya.

Seiring berlarutnya perang, Amerika Serikat harus menekan sekutu-sekutunya untuk mengurangi tingkat keganasan serangan tersebut karena memburuknya citra Amerika Serikat di seluruh dunia. “Hal ini (kekejaman perang) mungkin tidak akan bertahan lama, karena kerugian yang ditimbulkannya terhadap Amerika Serikat tidak dapat ditoleransi.”***

Editor: Helma Apriyanti

Tags

Terkini

Terpopuler