KABAR PRIANGAN - Lebih banyak orang yang meninggal akibat penyakit daripada akibat pemboman di Jalur Gaza Palestina, jika sistem kesehatan dan sanitasi tidak diperbaiki, demikian diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Infrastruktur penting di Gaza telah lumpuh akibat kekurangan bahan bakar dan pasokan, ditambah serangan fatal terhadap rumah sakit dan fasilitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) oleh militer Israel.
"Pada akhirnya kita akan melihat lebih banyak orang yang meninggal karena penyakit daripada karena pemboman jika kita tidak mampu menyusun kembali sistem kesehatan ini," kata Margaret Harris, juru bicara WHO, dalam sebuah pertemuan di Jenewa, Selasa, 28 November 2023.
Ia menggambarkan runtuhnya Rumah Sakit al-Shifa di Gaza utara sebagai sebuah tragedi dan ia juga menyuarakan keprihatinan tentang penahanan beberapa staf medis oleh pasukan Israel pada awal bulan ini.
Mengenai kondisi saat ini, Margaret Harris mengutarakan keprihatinannya tentang meningkatnya wabah penyakit menular di Gaza, terutama penyakit diare. Mengutip laporan PBB tentang kondisi kehidupan para pengungsi di Gaza utara, ia mengatakan: "Tidak ada obat-obatan, tidak ada kegiatan vaksinasi, tidak ada akses ke air bersih dan kebersihan, dan tidak ada makanan."
Risiko Wabah Menghantui Gaza
Semua layanan sanitasi utama telah berhenti beroperasi di Gaza, hal ini meningkatkan prospek lonjakan besar penyakit pencernaan dan infeksi di antara penduduk setempat, termasuk kolera. Bagi 2,3 juta penduduk Gaza, yang separuhnya adalah anak-anak, mendapatkan air minum menjadi hal yang nyaris mustahil. WHO telah mencatat lebih dari 44.000 kasus diare dan 70.000 infeksi saluran pernapasan akut, tetapi angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi.