Simulasi Mitigasi Bencana Digelar Setiap Tanggal 26

27 Mei 2021, 15:30 WIB
Simulasi bencana tsunami di Pantai Barat Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, Rabu (26/5/2021). Pemerintah Kabupaten Pangandaran mencanangkan pelaksanaan simulasi mitigasi bencana setiap tanggal 26 pada setiap bulan. /kabar-priangan.com/Agus K/

KABAR PRIANGAN - Pemerintah Kabupaten Pangandaran mencanangkan pelaksanaan simulasi mitigasi bencana setiap tanggal 26 setiap bulannya.

Langkah ini sebagai upaya untuk membiasakan masyarakat Pangandaran dalam menghadapi bencana alam gempa bumi maupun tsunami.

Sebelumnya setiap tanggal 26 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pa­nganda­ran ha­nya melakukan si­mulasi atau pengecekan fungsi alat peringatan dini atau early warning system (EWS).

Baca Juga: Harga Kacang Kedelai Tembus Rp 11.000, Ratusan Pedagang Tahu Tempe di Tasikmalaya Sepakat Mogok Produksi

“Sesuai arahan Pak Bupati, ke depan kami akan mencanangkan kegiatan simulasi penanganan bencana tanggal 26 di setiap bulannya,” kata Plt.

Kepala BPBD Pangandaran Dani Hamdani, se­usai meng­gelar simulasi bencana tsunami di Pantai Barat Pangan­daran, Keca­matan Pangandaran, Rabu (26/5/ 2021).

Sementara itu pelaksanaan simulasi bencana tsunami diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai organisasi masyarakat.

Baca Juga: Pengunjung Makam Keramat Marongge Terus Menurun!

Simulasi dilakukan dengan skenario pe­nyelamatan diri dari Pantai Barat menuju tempat evakuasi sementara atau shelter tsunami di Kom­pleks Pasar Wisata Pangandaran.

“Tadi bisa diketahui bahwa waktu tempuh dengan berlari dari Pantai Barat sekitar Pertigaan Century ke shelter tsunami, bu­tuh waktu 4 menit, jaraknya sekitar 500 meter,” kata Dani.

Jarak atau waktu tempuh itu ideal mengingat jeda waktu dari gempa sampai datangnya tsunami sekitar 20 menit.

Baca Juga: Selfi di Dermaga Tandikek, Satu Keluarga Tenggelam. Empat Orang Tewas, Tiga Lainnya Masih Dicari

“Waktu 20 me­nit itu digunakan selama 5 menit untuk koordinasi ke BMKG dan sisanya 15 menit untuk evakuasi ke tempat aman,” kata Dani.

Namun diakui Dani, panjang­nya garis Pantai Barat Pangan­daran membuat jarak tempuh ke shelter tidak semuanya ideal.

Banyak spot yang memiliki waktu tempuh lebih dari 15 menit me­nuju shelter tsunami, sehingga diperlukan penambahan tempat evakuasi di tempat lain.

Baca Juga: Perempuan Muda Mengambang di Sungai Citanduy. Diketahui, Korban Adalah Ibu Rumah Tangga

“Memang perlu tambahan shelter atau tempat evakuasi sementara, tapi kami siasati bekerja sama dengan hotel yang berada di lokasi aman,” kata Dani.

Selain itu Dani juga mengakui bahwa pelaksanaan simulasi kali ini belum maksimal. Terutama dari segi keterlibatan masyarakat.

“Tadinya akan disusun skenario seolah-olah nyata, warga tidak diberi tahu ini simulasi, namun ada pertimbangan lain. Sehingga warga setempat diberitahu dulu sebelumnya bahwa ini simulasi,” kata Dani.

Baca Juga: Seorang Pria Tewas Dikeroyok dengan Tubuh Penuh Luka Bacokan

Walau demikian Dani berha­rap tujuan utama kegiatan ini yakni terciptanya masyarakat yang tanggap bencana bisa tercapai.

“Tujuan utamanya kan supaya masyarakat terbiasa. Ketika bencana terjadi mereka akan tahu apa yang harus dilakukan,” kata Dani.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler