Alumni SDN Ciawi 2 Tasik, Bangun Rumah Layak Huni untuk Sahabat yang Jadi Pemulung

14 Juni 2021, 08:24 WIB
Rumah Usman yang dibangun sahabatnya alumni SDN Ciawi 2 Tasikmalaya, di Kampung Cirungkang, Desa Pakemitan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. /kabar-priangan.com/ Ema Rohima/

KABAR PRIANGAN - Alumni yang tergabung dalam Ikatan Alumni (IKA) SD Negeri Ciawi 2, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya angkatan tahun 1979 menggalang dana dari swadaya alumni.

Dana tersebut untuk dipergunakan membangun rumah, sesama alumninya yang secara ekonomi kurang beruntung.

Rumah yang dibangun, untuk ditempati Usman (51) di Kampung Cirungkang, Desa Pakemitan, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga: Budidaya Jahe Merah Menjanjikan, Komodis ini Banyak Dicari, Diyakini Bisa Tingkatkan Imun Tubuh

"Kami dari Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SD Negeri Ciawi 2, berinisiatif membantu Usman yang masih anggota IKA SD Negeri Ciawi 2," kata Ketua IKA SD Negeri Ciawi 2 angkatan 1979, E. Koswara saat tasyakur selesainya pembangunan rumah, Minggu 13 Juni 2021.

Menurutnya, Usman merupakan anggota IKA SD Negeri Ciawi 2 angkatan 1979. Namun nasibnya kurang beruntung, yang kesehariannya sebagai pemulung.

Hal tersebut diketahui, setelah IKA merasa kehilangan salah satu anggota hingga akhirnya mencari keberadaannya.

Baca Juga: Objek Wisata Gunung Galunggung Tasik Kembali Dibuka, Wisatawan Didominasi Para Goweser

Setelah lama dicari, kami sangat terkejut karena menemukan Usman tinggal di sebuah gubuk yang tidak layak. Gubuk itupun milik orang lain, dan hanya numpang tinggal.

Kondisi langsung disampaikan kepada anggota lainnya, hingga akhirnya tergagas untuk membantunya.

"Mirisnya lagi, saat itu Usman tidak memiliki KTP sehingga tidak pernah tersentuh bantuan apapun dari pemerintah. IKA pun berusaha mengurusnya, hingga Usman memiliki kartu identitas," ucapnya.

Baca Juga: PJU di Garut Banyak yang Rusak, dari 8 Ribu Hanya 1.500 yang Berfungsi

Dikatakan Koswara, dengan tingkat kepekaan yang dibangun yakni kepekaan pendengaran, kepekaan penglihatan dan kepekaan rasa maka para alumni memiliki kepedulian untuk membantu Usman.

Sehingga para alumni, tanpa melihat latar belakang status sosial bersepakat dan respons untuk membantunya.

Dengan melalui berbagai proses, terkumpullah uang yang selanjutnya berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan, desa dan pengurus RT untuk membangun rumah.

Baca Juga: Anggota DPRD Minta Sekolah Tatap Muka di Kabupaten Tasikmalaya Segera Digelar

Karena Usman tidak memiliki tanah, maka rumah dibangun di tanah milik desa.

"Uang yang terkumpul dari alumni dipergunakan untuk membangun rumah dengan ukuran 5 X 6 meter. Alhamdulillah, saat ini pembangunannya sudah selesai dan ditempati Usman," tuturnya.

Dijelaskan Koswara, bukan hanya dibangunkan rumah, Usman juga ditempatkan sebagai petugas kebersihan di Masjid Besar Ciawi.

Sehingga kini Usman sudah tidak menjadi pemulung lagi, namun bertugas di Masjid Besar Ciawi.

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Beri Bantuan Alat Digital Kepada SLB Aisyiyah di Tasikmalaya

Semua proses berjalan lancar, bahkan mendapat dukungan dari mulai kecamatan, desa, tokoh masyarakat hingga tokoh agama.

Hal itu juga mendorong spirit para alumni untuk membangun tempat tinggal untuk Usman.

Dalam acara tasyakur rumah yang ditempati Usman. Tak hanya Usman yang bahagia, tapi semua yang terlibat ikut merasakan kebahagian.

"Semoga Usman bisa segera beradaptasi dengan lingkungan, meningkatkan ibadah dan bersyukur. Dengan demikian rumah itu menjadi ibadah bagi yang memberinya juga bagi Usman," katanya.

Baca Juga: Pabrik Narkoba di Tasikmalaya Produksi Jutaan Pil Trihexyphenidyl, Diedarkan di Kalangan Anak Muda

Sementara itu Ketua RT 3 Kampung Cirungkang, Yaya mengucapkan terima kasih atas bantuan IKA terhadap warganya yakni Usman. Kini rumah Usman sudah layak huni.

"Semoga bantuan yang diberikan IKA bisa bermanfaat bagi Usman dan menjadi ibadah bagi alumni yang telah membantu, tak terkecuali bagi Usman sendiri," ungkapnya.

Untuk diketahui, Usman (51) dan istri merupakan pasangan yang berprofesi sebagai pemulung barang bekas.

Pekerjaan itu sudah dilakoni sejak lama. Tidak memiliki keahlian lain, membuatnya harus rela mencari nafkah sebagai pemulung.

Baca Juga: Akibat Tertimpa Pohon Besar SDN Denuh di Culamega Tasik Rusak Parah 

Usman hanya tinggal bersama dengan istrinya, karena selama menikah tidak dikarunia anak.

Keduanya tinggal di sebuah gubuk reyot ukuran sekira 3 X 3 meter di tengah sawah. Gubuk itu tempat keduanya bernaung dan beristirahat.

Tak ada ruangan khusus, semua dalam satu ruangan yang sama, tempat tidur, dapur, dan tempat memilah barang bekas semua menyatu.

Gubuk yang mereka tempati pun milik orang lain, dengan hanya berdindingkan bilik bambu yang sudah bolong-bolong.

Baca Juga: Transparansi Anggaran Peti Mati di Pemkab Garut Dipertanyakan

Penghasilannya, dari memungut tidak banyak sekitar Rp 15.000 hingga Rp 20.000.

Dengan penghasilan itu, jangankan untuk membeli tanah dan membangun rumah, memenuhi kebutuhan makan harian saja mereka tertatih-tatih.

Saat malam tiba, sering kali pasangan itu kedinginan karena angin masuk melalui dinding yang bolong-bolong.

Saat hujan, atapnya bocor sehingga menyulitkan keduanya untuk beristirahat. Ditambah rasa kekhawatiran akan ambruknya gubuk itu.

Baca Juga: Rumah yang Digerebek BNN di Tasikmalaya Produksi Jutaan Butir Obat Terlarang

Namun keduanya tetap bertahan di gubuk itu, dan menjalankan aktivitas sebagai pemulung.

Rasa khawatiran pun terus menyelimuti, bagaimana jika sewaktu-waktu gubuk itu dipakai oleh pemiliknya.

Kini rasa khawatir itu telah hilang. Usman dan istri telah menempati rumah layak huni dari kemurahan hati sahabat lamanya alumni SDN Ciawai 2, Tasikmalaya.***

 

Editor: Sep Sobar

Tags

Terkini

Terpopuler