KPAD Tasikmalaya Catat 23 Kasus HIV Aids Baru, Kalangan Heteroseksual Beresiko Tertular AIDS

11 Oktober 2021, 07:26 WIB
Puluhan sopir dan kondektur yang bergelut dalam bisang penjualan gas elpiji, mendeklarasikan pemberantasan dan pencegahan HIV/AIDS bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tasikmalaya, Minggu, 10 Oktober 2021.* /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Meski dimasa pandemi dan beberapa kali diberlakukan PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), akan tetapi penularan terhadap penyakit HIV/AIDS tetap jangan disepelekan.

Bahkan selama kurun waktu satu tahun ini saja, setidaknya sudah ditemukan 23 kasus baru HIV/AIDS di Kabupaten Tasikmalaya.

Salah satu kelompok yang dinilai rentan dan beresiko tertular HIV/AIDS yakni kalangan heteroseksual. Salah satunya mereka yang berprofesi di bidang jasa perhubungan.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini, Senin 11 Oktober 2021: Ada Love Story The Series Hingga Buku Harian Seorang Istri

Mereka beresiko karena mobilitasnya yang tinggi, serta dalam jangka waktu cukup lama terkadang tidak pulang ke rumah.

Kondisi di perjalannya ini yang memungkinkan mereka tergoda seks jalanan. Bila tidak bisa menjaga diri dan proteksi dalam berhubungan seksual, maka tidak mustahil mereka malah tertular HIV/AIDS. Penyakit ini pula yang kemudian dibawa dan lantas ditularkan pada anggota keluarganya di rumah.

Pengelola Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Tasikmalaya, Sony Syarip Hanani, menjelaskan, jika pihaknya memang menjangkau berbagai komunitas dalam penanggulangan AIDS, diantaranya komunitas laki-laki beresiko seperti kalangan sopir, kondektur dan komunitas yang perkumpulannya kebanyakan laki-laki.

Baca Juga: Arab Saudi Izinkan Pelaksanaan Umroh Bagi Jemaah Indonesia. Masa Karantina Lima Hari

"Kebetulan disini ada Forum Silaturahmi Keluarga Gas (FSKG), dimana merupakan para pengusaha yang kebanyakan laki-laki dan mereka mobile juga ketika menjual gas. Bahkan kerap tidak pulang ke rumah," jelas Soni, ketika menggelar sosialisasi pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di salah satu rumah makan di Kota Tasikmalaya, Minggu, 10 Oktober 2021.

Dikatakan Sony, maka dari itu pihaknya menjangkau dan mendorong mereka untuk mendapatkan informasi dasar terkait HIV/AIDS. Mereka pun diminta secara sukarela melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. Dengan mengetahui bahayanya, maka mereka pun sepakat untuk melakukan pencegahan bersama-sama terhadap HIV/AIDS. Baik untuk komunitas ini maupun masyarakat luas.

Setidaknya 70 orang perwakilan komunitas FSKG dari wilayah Priangan Timur. Sony menilai, kalangan sopir dan kondektur ini memang sangat rentan beresiko tertular HIV/AIDS.

Baca Juga: Aksi Balapan Liar, Belasan Remaja Digaruk Maung Galunggung

Apalagi ketika jauh dari keluarga. Ketika mereka punya uang dan tidak pulang ke rumah, maka rawan pembelian seks. Sehingga mereka didorong secara sukarela dalam pemberantasan penularan HIV/AIDS.

"Untuk kasus dari kelompok ini memang dulu sempat ada satu, meski sudah cukup lama. Kita antisipasi, sebab di tahun ini saja kami menemukan 23 kasus baru yang tersebar di wilayah Kabupatan Tasikmalaya," jelas Sony.

Plt. Sekretaris Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Tasikmalaya, Atang Sumardi, mengatakan, pihaknya sangat mensuport yang kini dilakukan KPA Kabupaten Tasikmalaya dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Baca Juga: Hendak Mengambil Mobil, Rudis Dibacok Diduga oleh Geng Motor di Jalan Cokro Ciamis

Selain menjangkau sektor perhubungan, pihaknya berharap KPA juga terus menjangkau sektor lain. Seperti sektr parawisata dan komunitas lainnya.

"Ketika ada sebuah komunitas, disitu ada restitensi terhadap suatu penyakit. Ini diharapkan menjadi terobosan dari KPA dalam upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS," jelas dia.

Sementara itu, Ketua Forum Silaturahmi Keluarga Gas FSKG Priangan Timur, Ervan Suryana, mengaku sangat berterimakasih dengan ilmu dan pencerahan pada kelompoknya sebagai salah satu komunitas yang memang dinilai rentan dan beresiko tertular HIV/AIDS.

Baca Juga: Luar Biasa, Gadis Cigalontang Harum di PON XX Papua

Bagaimana tidak, ketika sedang bekerja mereka terkadang tidak pulang lebih dari satu minggu. Kondisi psikologis dan pisik yang tidak sama dinilai rawan untuk terjebak dalam komersialisai seks.

"Untuk itu kami sepakat untuk turut serta mencegah dan memberantas penularan HIV/AIDS. Paling tidak dikalangan kami, sesama sopir dan kondektur yang hidup mesusuri jalan setiap harinya," ujar dia.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler