Ratusan Pelaku Usaha Gigit Jari Sejak Dibangun Kawasan Situ Bagendit Garut

1 Desember 2021, 19:17 WIB
Sarana permainan perahu angsa yang sudah sejak setahun hanya terparkir akibat adanya larangan beroperasi di kawasan Situ Bagendit yang saat ini tengah dibangun /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Sejumlah warga yang biasa mencari nafkah di kawasan objek wisata Situ Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, mengeluhkan pembangunan yang saat ini tengah dilakukan di kawasan objek wisata tersebut. 

Sejak dilakukan pembangunan sekitar satu tahun lalu, mereka tak lagi memiliki mata pencaharian padahal di sisi lain, mereka tetap harus bisa menutupi kebutuhan keluarga.

Seperti dituturkan Masitoh, warga Desa Bagendit, Kecamatan Banyuresmi. Wanita berusia 55 tahun ini mengaku mengalami kesulitan ekonomi sejak dilakukan pembangunan kawasan Situ Bagendit karena dirinya tak lagi punya mata pencaharian.

Baca Juga: Empat Rumah di Tarki Jebol Terkikis Sungai Cimanuk, Para Penghuninya Terpaksa Mengungsi

Dikatakannya, sebelum dilakukan pembangunan, dirinya bisa menghasilkan uang antara Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per hari dari usaha penyediaan perahu angsa. Namun sejak dilakukan pembangunan, dirinya tak bisa berusaha di Situ Bagendit karena dianggap akan mengganggu pekerjaan . 

"Pelaksanaan pembangunan Situ Bagendit ini bagi ibu mah sangat terasa dampaknya. Ibu kini tak lagi punya penghasilan dan itu sudah terjadi sejak satu tahun tepatnya sejak pembangunan Situ Bagendit dimulai," ujar Masitoh.

Kondisi seperti sekarang ini diakui Masitoh, sangat menyulitkannya. Apalagi selain usaha penyediaan perahu angsa, dirinya tak punya lagi keahlian usaha lainnya hingga akhirnya ia hanya bisa pasrah.

Baca Juga: Hampir 100 Persen Tenaga Kesehatan di Sumedang Jalani Vaksinasi Dosis Ketiga

Sedangkan setiap harinya, ia dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti makan dan biaya sekolah anak-anaknya. Ia berharap ada kebijakan dari pihak terkait agar untuk para pelaku usaha yang biasa mencari nafkah di Bagendit diperbolehkan lagi membuka usahanya agar bisa menutupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Ungkapan senada juga dilontarkan Koordinator Pedagang Situ Bagendit, Agus Suherman. Menurutnya, para pedagang yang biasa mangkal di kawasan sekitar Situ bagendit juga merasakan dampak yang sama dengan pengusaha rakit dan perahu angsa.

Sejak dilakukan pembangunan Situ Bagendit, para pedagang juga dilarang membuka lapaknya karena dinilai akan mengganggu pengerjaan pembangunan. Hal ini tentu saja sangat merepotkan karena sejak saat itu tak lagi mempunyai penghasilan. 

Baca Juga: Kejahatan di Jalan Protokol Sumedang Akan Terpantau CCTV, Dishub: Ada Tabrak Lari Cepat Terungkap

Menurut Agus, pihak pelaksana pembangunan Situ Bagendit memang telah menyediakan tempat relokasi bagi para pedagang. Namun karena tempatnya yang jsangat tak strategis dan jauh dari keramaian, para pedagang enggan menempatinya.

"Selain tempatnya yang tak strategis, kami tak mau menempati tempat relokasi karena keberatan dengan iuran yang harus kami bayar. Para pedagang yang akan menempati tempatrelokasi diwajibkan membayar iuran sebesar Rp1,5 juta dan ini tentu saja sangat memberatkan kami," kata Agus.

Akhirnya, tutur Agus, para pedagang tak ada yang mau menempati tempat relokasi tersebut. Sebagian besar dari mereka terpaksa berhenti berjualan dan mencari nafkah dengan jadi buruh serabutan.

Baca Juga: Pemkab Sumedang Terapkan PPKM Level 3 Pada Natal dan Tahun Baru

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Situ Bagendit, Jojo Johana, membenarkan kondisi memprihatinkan yang saat ini dialami warga dengan sejak dilaksankan pembangunan di kawasan Situ Bagendit. 

Mereka yang paling terkena dampaknya adalah para pelaku usaha mulai pedagang, pencari ikan, pengusaha mainan perahu angsa, dan juga pengayuh rakit. 

Menurut Jojo, ada 200 lebih pelaku usaha dari 5 desa yang ada di sekitar Situ Bagendit yang kini kehilangan mata pencaharian akibat pelaksanaan pembangunan kawasan Situ Bagendit. Hal ini sangat disesalkan mengingat kebutuhan hidup mereka yang tentu saja tak bisa dihindari.

  1. Baca Juga: Tol Batikcap Ruas Garut-Tasikmalaya Ditangguhkan, Pemerintah Pusat 'Cekak', Tunggu Pembiayaan di Luar APBN

"Dampak dari pembangunan kawasan Situ Bagendit ini sangat besar bagi warga terutama para pelaku usaha. Ada 200 lebih pelaku usaha yang kini telah kehilangan mata pencahariannya karena sejak setahun lalu dilarang untuk beraktivitas dengan alasan bisa mengganggu pelaksanaan pembangunan," ucap Jojo.

Menurutnya, kondisi yang dirasakan warga terutama para pelaku usaha di kawasan Situ Bagendit ini tentu sangat ironis dengan apa yang disebut-sebut pemerintah terkait tujuan pembangunan ini. Pemerintah menyebutkan tujuan pembangunan tak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tetapi pada kenyataannya malah sebaliknya.

Jojo pun mendesak pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan kondisi kesulitan ekonomi yang saat ini tengah dirasakan warga yang merupakan dampak dari pelaksanaan pembangunan kawasan Situ Bagendit. Diharapkan, para pelaku usaha diperbolehkan menjalankan usahanya kembali agar mereka kembali memiliki mata pencaharian yang tentunya sangat penting guna dapat memeuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler