Tiga Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadan, di Antaranya Rukyatul Hilal. Ini Penjelasan Ustadz Abdul Somad

23 Maret 2022, 09:26 WIB
Ustadz Abdul Somad: Ada Tiga Cara Menentukan Awal dan Akhir Ramadan, diantaranya Rukyatul Hilal. /Tangkap layar Youtube Ustadz Abdul Somad Official/


KABAR PRIANGAN - Penentuan awal dan akhir Ramadan dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga cara, salah satunya dengan Rukyatul Hilal atau melihat bulan sabit.

Dilansir dari kanal YouTube Positif Channel seperti dikutip Kabar-Priangan.com pada hari Rabu, 23 Maret 2022, Ustadz Abdul Somad menjelaskan tentang tiga cara menentukan awal dan akhir Ramadan.

Pertama, Rukyatul Hilal atau melihat bulan sabit.

Baca Juga: Galian Pasir Gunung Hampelas Tasikmalaya Ambruk Menimpa Dua Penambang Satu di Antaranya Meninggal di Lokasi

Yaitu melihat hilal (bulan baru/sabit) Cara ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:
لاَ تَصُوْمُوا حتَّى تَرَوا الْهِلاَلَ، وَلاَ تُفْطِرُوا حتى تَرَوْهُ

“Janganlah berpuasa (Ramadhan) sehingga kalian melihat hilal dan janganlah berhari raya sehingga kalian melihat hilal.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits lain menegaskan bahwa cara menentukan awal Ramadan adalah dengan melihat bulan sabit.

(صُوْمُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ).

”Berpuasalah jika telah melihat hilal dan berharirayalah bila telah melihat hilal”. (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Jadwal BRI Liga 1 2021 Pekan 33: Laga Penentu Juara Persib vs Persik dan Bali United vs Persebaya

Jumhur ulama mencukupkan bahwa hasil rukyat yang dilakukan seorang muslim yang dapat dipercaya dan tidak cacat dalam agamanya (adil) dapat dijadikan sebagai landasan untuk memutuskan tentang awal bulan Ramadan.

Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Umar dia berkata bahwa ketika semua orang sedang memantau awal bulan maka sayalah yang melihatnya, lalu saya laporkan kepada Nabi kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dan menyuruh seluruh kaum muslimin untuk berpuasa. (HR Abu Dawud, al-Baihaqi dan ad-Daruquthni).

Kedua, Menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.

Ketika para perukyat tidak berhasil melihat hilal pada tanggal 29 bulan Sya'ban baik keadaan langit berawan, mendung atau cerah, maka cara menentukan awal bulan Ramadhan dalam keadaan seperti ini adalah menjadikan bilangan bulan Sya'ban menjadi 30

Baca Juga: Italia vs Makedonia Utara, Play-off Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa: Muruah Gli Azzurri Dipertaruhkan

Pandangan ini didasarkan kepada Sabda Nabi:

صوموا لرؤيته وأفطروا لرؤيته، فإن غبي عليكم فأآملوا عدة شعبان ثلاثين

Dari Abu Hurairah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Berpuasalah jika telah melihat hilal dan berharirayalah bila telah melihat hilal, apabila terhalang oleh mendung maka sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari”. (HR Bukhari dan Muslim).

الشهر تسع وعشرون ليلة، فلا تصوموا حتى تروه، فإن غم عليكم فأآملوا العدة ثلاثين

”Bulan (Sya’ban) itu dua puluh sembilan malam, maka janganlah puasa hingga kalian melihatnya (hilal) apabila terhalang oleh mu mendung maka sempurnakan menjadi tiga puluh malam.” (HR Bukhari)
Ketiga, Memperkirakan bulan sabit.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda:

(لا تصوموا حتى تروا الهلال، ولا تفطروا حتى تروه، فإن غم عليكم فاقدروا له).
terhalang olehmu mendung maka perkirakanlah” (HR Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Dua Doa yang Dipanjatkan Nabi di Akhir Syaban Menyambut Ramadhan. Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat

Sebagian ulama, seperti; Muthrif bin Abdullah, Abul Abbas bin Suraij dan Ibnu Qutaibah berpendapat bahwa maksud faqdurulah adalah perkirakanlah bulan sesuai dengan menzilahnya (posisi orbitnya).

Pendapat Abul Abbas Ibnu Siraj dari kalangan ulama Syafi'iyyah, mengatakan bahwa orang yang mengetahui awal Ramadhan melalui ilmu falaqnya, maka dia wajib berpuasa. (lihat al-Majmuk oleh an-Nawawi; 6/279,280).

Cara ketiga untuk penentuan awal bulan mengundang perhatian lebih luas bagi para ulama kontemporer dan ahli dengan berkembangnya ilmu falaq modern.

Baca Juga: Ingin Tubuh Langsing Tanpa Harus Diet Ketat? Yuk Simak Cara Rasulullah dari dr. Zaidul Akbar

Sebagaimana dikutip oleh Syeikh Yusuf al-Qardhawi, Ahmad Muhammad Syakir, Mustafa Zarqa' berpandangan bahwa dengan berpedoman kepada ilmu falaq modern yang mana teori-teori yang dibangun berdasarkan ilmu yang pasti dan perhitungan yang sangat teliti.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler