Para Penggarap Perkebunan Teh Margawindu Mulai Angkat Bicara Soal Alih Fungsi Lahan di Citengah Sumedang

12 Mei 2022, 15:39 WIB
Andi Rukandi, selaku Sekretaris Kelompok Tani Perkebunan Margawindu, Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan. /kabar-priangan.com/Taufik Rohman /

KABAR PRIANGAN - Bencana banjir bandang yang terjadi beberapa waktu lalu di aliran Sungai Cihonje, wilayah Desa Citengah, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, belakangan sering disebut-sebut karena adanya alih fungsi lahan di kawasan perkebunan teh Margawindu dan Cisoka.

Dugaan adanya alih fungsi lahan yang selalu dikaitkan sebagai penyebab terjadinya banjir bandang di Citengah ini, justru malah disayangkan oleh para penggarap perkebunan teh Margawindu.

Seperti disampaikan Sekretaris Kelompok Tani Perkebunan Margawindu, Andi Rukandi, sekaligus salah seorang penggarap lahan perkebunan teh, Kamis, 12 Mei 2022.

Baca Juga: Wabup Sumedang Sebut Banjir Bandang Citengah Dipicu Alih Fungsi Lahan

Atas nama para penggarap perkebunan teh di Margawindu, Andi sangat menyangkan adanya pernyataan tidak mendasar yang disampaikan pejabat publik di Sumedang, terkait tuduhan pemanfaatan lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) yang dikelola masyarakat, sebagai salah satu penyebab banjir bandang di Citengah.

"Terus terang kami sangat menyayangkan pernyataan Pa Wakil Bupati Sumedang pada sejumlah media. Beliau selama ini, selalu mengkambing hitamkan pemanfaatan lahan eks HGU yang dikelola kami, sebagai penyebab banjir bandang," ujar Andi.

Padahal faktanya, kata Andi, berdasarkan hasil penetilian dilakukan Walhi, dan hasil asassement BPBD Kabupaten Sumedang dan BKSDA, kondisi perkebunan teh di Margawindu dan Cisoka itu, ternyata tidak berpengaruh terhadap banjir bandang Sungai Cihonje di Citengah.

Baca Juga: Wabup Sumedang, Dukung Polda Jabar dalam Penyelidikan Banjir Bandang Citengah

Dalam penjelasannya, Andi juga menyampaikan bahwa Kelompok Tani Perkebunan Margawindu sebenarnya terdiri dari para penduduk kampung Cisoka, para penggarap kebun teh Cisoka, dan para penggarap perkebunan teh Margawindu.

Para penggarap perkebunan teh Margawindu dan Cisoka ini, sambung Andi, semuanya merupakan warga asli Sumedang yang mayoritas berasal dari Desa Citengah dan Cipancar, Kecamatan Sumedang Selatan.

"Kami telah mengelola perkebunan teh ini sejak tahun 1997. Sebelumnya, perkebunan teh ini sempat dikelola oleh PT Cakra," ujar Andi.

Baca Juga: Dirjen Kementerian ATR/BPN Sebut Bangli Bukan Penyebab Banjir Bandang di Citengah

Berbicara soal keberadaan bangunan, Andi menjelaskan, bahwa bangunan-bangunan yang ada di kawasan perkebunan teh saat ini, merupakan bangunan yang telah ada sejak dulu.

Bangunan rumah dan saung-saung di sini, dibangun oleh para penggarap asal Cidaun, Cianjur, yang kemudian menetap menjadi sebuah perkampungan Cisoka.

"Saat ini kawasan perkebunan memang terlihat telah berkembang menjadi tempat wisata. Namun menurut kami, semua itu tidak menyalahi, karena memang dalam Rencana Tata Ruang-nya juga, Cisoka ini merupakan kawasan wisata," ujarnya.

Baca Juga: Bupati Sumedang Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Citengah

Bahkan jika dilihat dari bentuk bangunannya, sarana prasarana yang dibangun di kawasan wisata ini, masih terlihat mengedepankan kelestarian alam.

"Untuk itu sebagai penggarap perkebunan, kami meminta, tolong jangan terus saling menyalahkan. Lebih baik, pikirkan nasib kami masyarakat Sumedang agar bisa lebih sejahtera," tuturnya.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler