KABAR PRIANGAN - Berita mengejutkan sekaligus memprihatinkan disampaikan Pj Bupati Garut, Barnas Adjidin. Ia mengungkapkan sebanyak kurang lebih 600 siswa di sebuah sekolah di Garut mengalami keracunan massal.
"Ada sekitar 600 siswa yang mengalami keracunan massal. Namun untuk jumlah pastinya ada di Kadinkes yang kemarin turun langsung ke lapangan," ujar Barnas saat ditemui seusai kegiatan pemusnahan surat suara yang rusak di Sekretariat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Garut, Selasa, 13 Februari 2024.
Menurutnya siswa yang mengalami keracunan massal sebanyak itu berasal dari satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Tarogong Kidul.
Dirinya sudah memerintahkan Dinas Kesehatan serta instansi terkait lainnya untuk secepatnya melakukan penanganan agar tidak sampai ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi Senin, 12 Februari 2024 tersebut.
Dinas Kesehatan, tuturnya, sudah diperintahkan pula untuk melakukan deteksi penyebab dari peristiwa yang sangat memprihatinkan itu.
Dari laporan yang sebelumnya diterima, para siswa ini sebelumnya mengonsumsi makanan dari dua tempat berbeda.
Baca Juga: 4 Rekomendasi Wisata Garut yang Paling Terkenal dan Memiliki Banyak Spot Foto yang Oke
Disebutkannya, petugas harus bisa mengungkap dari mana asal mula makanan yang diduga telah menyebabkan ratusan siswa ini mengalami keracunan.
Selain itu, petugas juga harus bisa memastikan apa yang mengakibatkan makanan tersebut sampai bisa mengandung racun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, mengungkapkan kasus keracunan massal yang menimpa para siswa sebuah sekolahan di Garut terjadi pada Senin, 12 Februari 2024. Mereka mulai merasakan gejala keracunan dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Baca Juga: Kawah Talaga Bodas Tempat Wisata di Garut yang Hits, Keindahan Alamnya Juara, Yuk Kunjungi!
Namun berbeda dengan apa yang disampaikan Pj Bupati, Leli menyebutkan jumlah siswa yang keracunan ada 36 orang. Dari jumlah sebanyak itu, 25 menjalani rawat inap dan 11 lainnya menjalani rawat jalan.
Leli memaparkan rincian kasus keracunan massal siswa salah satu sekolah berdasarkan lokasi dan kondisi korban.
Yang menjalani rawat inap di Puskesmas Tarogong sebanyak 2 orang, di Klinik Pratama 6 orang rawat inap serta 7 orang rawat jalan, di Rumah Sakit Intan Husada 4 orang rawat inap, dan di Rumah Sakit Umum Daerah dr Slamet ada 4 orang yang menjalani rawat inap serta 4 orang menjalani rawat jalan.
Baca Juga: KPU Garut Sebut Logistik Telah Terdistribusikan hingga Tingkat Desa
Selain itu, imbuh Leli, ada juga yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Nurhayati sebanyak orang dan rawat jalan 1 orang, di Klinik Mahesa ada 6 orang menjalani rawat inap, di Klinik Baiturohman 1 orang menjalani rawat inap, dan di Puskesmas Pasundan ada 1 orang menjalani rawat jalan.
"Kronologis singkat dari peristiwa tersebut, sekitar pukul 10.00 WIB, sekolah membagikan snack time kepada siswa kemudian pukul 12.00 WIB, makan siang pun disajikan. Sekitar pukul 11.30 WIB, beberapa siswa mulai mengalami pusing dan muntah-muntah dan jumlah siswa yang mengalami gejala serupa terus bertambah seiring berjalannya waktu," kata Leli.
Dia menyatakan, setelah menerima laporan, petugas pun langsung diturunkan ke lapangan. Verifikasi Informasi dilakukan yang dilanjutkan dengan melakukan pengumpulan data dan informasi lainnya terkait kasus tersebut.
Baca Juga: Kuota Pupuk Subsidi Berkurang, Hasil Panen Padi di Garut Dipastikan Menurun
Langkah lainnya, petugas juga melakukan investigasi dan wawancara dengan memintai keterangan pihak sekolah untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Petugas pun mengamankan sampel makanan untuk dilakukan uji laboratorium guna memastikan penyebab dari keracunan.
Masih menurut Leli, petugas juga sudah melakukan investigasi ke fasilitas kesehatan tempat para korban menjalani rawat inap dan rawat jalan.
Baca Juga: Rapat Perdana, Rudy Gunawan Beberkan Rencana Penting untuk Persigar Garut
Petugas ikut memeriksa korban yang ada di fasilitas kesehatan baik puskesmas, rumah sakit, maupun klinik serta memberikan obat dan pelayanan medis.
"Kami juga terus memantau kondisi dan jumlah korban. Tak hanya itu, edukasi ke pihak sekolah pun mengenai tata cara penyajian makanan yang aman dilakukan dengan harapan peristiwa serupa tidak akan sampai terulang," ucapnya.***