Sambil Nangis, Orangtua Jemput Anaknya di Polres Tasikmalaya Usai Terlibat Demo Anarkistis

- 13 Juli 2021, 17:36 WIB
Sambil terisak tangis, sejumlah orangtua yang anaknya terlibat dalam aksi demo anarkis hingga berujung pengrusakan 3 mobil polisi di depan kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Tasikmalaya, mendatangi Mapolres Tasikmalaya, Selasa, 13 Juli 2021.
Sambil terisak tangis, sejumlah orangtua yang anaknya terlibat dalam aksi demo anarkis hingga berujung pengrusakan 3 mobil polisi di depan kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Tasikmalaya, mendatangi Mapolres Tasikmalaya, Selasa, 13 Juli 2021. /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Sambil terisak tangis, sejumlah orangtua yang anaknya terlibat dalam aksi demo anarkistis hingga berujung pengrusakan 3 mobil polisi di depan kantor Kejaksaan Negeri Kabupaten Tasikmalaya, mendatangi Mapolres Tasikmalaya, Selasa, 13 Juli 2021.

Mereka mencari keberadaan anaknya yang tidak kunjung pulang setelah mengikuti aksi unjuk rasa tersebut. Pihak orangtua baru mengetahui kabar anak-anak mereka diamankan polisi, setelah dihubungi pihak kepolisian.

Baca Juga: Ulama Dukung Penegakan Hukum Atas Kasus Pengrusakan Mobil Polisi. KH. Atam: Kami Mendukung Penuh Kepolisian

Salah satu orangtua, Kokom (47), warga Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya mengatakan, jika dirinya mendatangi Polres Tasikmalaya untuk melihat langsung kondisi anaknya. Sebab ia mendapatkan kabar anaknya diamankan polisi karena terlibat aksi anarkisme di Kejaksaan Negeri Kabupaten Tasikmalaya, pada Senin, 12 Juli 2021, kemarin.

"Saya ke sini karena dapat kabar anak saya ditangkap polisi. Ternyata benar anak saya ikut-ikutan demo. Ya Alloh," ujar Komom sambil berlinang air mata.

Kokom sendiri tidak menyangka bahwa anaknya terlibat aksi unjuk rasa yang berakhir anarkis. Karena ia pamit untuk bermain ke rumah temannya di wilayah Singaparna. Namun tenyata itu hanya akal-akalan sang anak untuk mengikuti unjuk rasa di kantor Kejaksaan.

Baca Juga: Polisi Amankan 31 Pengunjuk Rasa yang Ngamuk di Kantor Kejaksaan Tasik, Beberapa Diantaranya Anak Punk

"Saya memberi izin dia pergi karena izinnya mau main ke rumah temannya di Singaparna. Saya enggak tahu kalau mau ikut unjuk rasa," ujar Kokom.

Kokom menegaskan, anaknya bukan santri mukin di pondok pesantren. Akan tetapi hanya pelajar tingkat SMA. Kokom meyakini, anaknya hanya terbawa bujuk rayu dan tidak mengetahui apa-apa.

"Ia ngaji di kampung saja, Pak, enggak di pesantren. Saya mah yakin anak saya enggak bersalah. Hanya ikut-ikutan saja," jelas Kokom.

Halaman:

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x