Hadir pula peserta ratusan santri dan kader TB paru di delapan wilayah puskesmas yakni Singaparna, Tinewati, Mangunreja, Cigalontang, Sukarame, Sariwangi, Padakembang dan tuan rumah Leuwisari.
Jalaludin melanjutkan, melalui kegiatan ini dirinya berharap menggalang dukungan dan komitmen bersama-sama untuk elemenasi TB Paru dari semua stakeholders, termasuk kepada generasi bangsa yakni santri yang sedang menimba ilmu di pesantren.
"Kami libatkan santri karena mereka sering berinteraksi dalam jumlah besar di pondok, dan itu berpotensi menjadi penyebaran TB," ujarnya.
"Makanya kami edukasi apa itu TB Paru, bagaimana pencegahannya, bagaimana pengobatannya dan hal-hal lain yang penting agar terhindari dari penyakit tersebut," kata dia.
Kepala Puskesmas Leuwisari Dindin Budiana yang juga pemateri kegiatan itu menyebutkan, dengan jangkauan dan jumlah penduduk cukup besar namun SDM terbatas, Puskesmas Leuwisari siap mendukung program pemerintah yakni Indonesia Bebas TBC tahun 2030.
"Jadi ada delapan tahun lagi jangka waktu kerja kami mewujudkan hal itu. Mudah-mudahan saja bisa tercapai dan hal itu tentu perlu komitmen semua pihak dalam eleminiasi TB Paru," katanya.
Ditanya mengenai pencegahan TB Paru, Jalaludin mengingatkan masyarakat akan pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Karena berdasarkan pengalamannya, masyarakat yang banyak teridap TB Paru lebih banyak dari kondisi yang kumuh dan sanitasi yang kurang baik.
Termasuk dengan pencahayaan ultra violet matahari yang sangat minim ke dalam rumah. "Kondisi tadi sangat disukai bakteri dan kuman TB Paru untuk hidup dan berkembang. Makanya PHBS itu sangat penting dalam mencegah penyakit TBC," ujaranya.