'Sudah Jatuh Tertimpa Tangga', Pengrajin Tahu dan Tempe di Tasikmalaya Terancam Stop Produksi, Ini Penyebabnya

- 30 September 2022, 22:33 WIB
Salah satu pengrajin tahu di Kampung Nagrog Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya yang masih bertahan, Jumat 30 September 2022.*
Salah satu pengrajin tahu di Kampung Nagrog Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya yang masih bertahan, Jumat 30 September 2022.* /Kabar-Priangan.com/Asep MS

KABAR PRIANGAN - Dampak melambungnya harga kacang kedelai yang kini menembus Rp 13.000 per kg, mulai dirasakan para pengrajin tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya. Kenaikan harga kacang kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe tersebut,

membuat para pengrajin tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya kelimpungan. Usaha mereka kian terpuruk.

Kondisi tersebut seolah peribahasa "Sudah jatuh tertimpa tangga pula". Soalnya, menurut para pengrajin tahu dan tempe, usaha mereka masih terdampak dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang mengakibatkan biaya operasional usaha mereka juga membengkak.

Baca Juga: Setelah Pasar Banjarsari Ciamis Kebakaran, Para Pedagang Segera Direlokasi, Bupati Janjikan Waktu Seminggu

Bahkan, atas tingginya harga kedelai dan biaya produksi akibat kenaikan harga BBM itu, ratusan pengrajin tahu dan tempe di Kota Tasikmalaya terancam berhenti produksi alias tiarap khususnya pengrajin dengan skala kecil.

Aep Saepudin (47), salah satu pengrajin tahu di Kampung Nagrog Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya, mengatakan, saat ini pengrajin merasa berat dengan mahalnya harga kedelai impor yang terjadi sejak beberapa minggu terakhir.

Bahkan, kata dia, kenaikan bahan baku tahu tersebut telah mencapai 20 persen dari harga normal.

Baca Juga: Jelang Big Match Persib vs Persija, Begini Kondisi Para Pemain 'Maung Bandung' Menurut Pelatih Luis Milla

"Awal tahun lalu kami dibingungkan dengan naiknya harga kedelai dari sebelumnya Rp 9.000 per kg, naik menjadi Rp 11.000 per kg. Sekarang sudah naik lagi menjadi Rp 13.000 per kg, bahkan yang super menjadi Rp 13.500 per kg,," kata Aep, Jumat 30 September 2022.

Akibat tingginya harga kedelai tersebut, lanjut Aep, membuat pengrajin tahu dan tempe di daerahnya banyak yang terancam gulung tikar. Hal itu karena mereka tidak lagi bisa menutup biaya produksi saat harga jual tahu tempe di pasaran tidak bisa naik.

Meski ukuran tahu tempe sudah diperkecil, pengrajin tetap merugi. "Ya kalau terus diperkecil ukuran, mau menjadi sebesar bagaimana. Terus kalau mau dinaikan harga, daya beli masyarakat sedang susah begini mana bisa," ujarnya.

Baca Juga: Rey Mbayang Dianggap Suami Idaman Ketika Rumah Tangga Lesti Kejora dan Rizky Billar Bermasalah, Apa Kaitannya?

"Kalau dipaksakan produksi kami bakal bangkrut bahkan gulung tikar. Mau mengurangi pekerja kasihan juga. Paling ya mau tidak mau upah pekerja sedikit dikurangi," katanya menambahkan.

Aep menyebutkan, saat ini harga jual tahu dan tempe di pasar masih berkisar Rp 4.500 sampai Rp 5.000 per bungkus. "Padahal, idealnya dengan harga kedelai yang telah menembus angka Rp 13.000 per kg, harga jual tahu tempe di atas Rp 6.500 per bungkus," ujarnya.

Hal yang sama disampaikan Yayah (32). salah seorang pengrajin tahu juga di Kampung Nagrog Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya. Yayah mengaku, para pengrajin tahu di daerahnya sudah kelimpungan dengan harga kacang kedelai yang kian tinggi.

Baca Juga: Bedah Film 'Arul' di SMK Bhakti Kencana Tasikmalaya, Jangan Ada Lagi Perundungan!

"Haduh kami sudah bingung setengah mati dengan tingginya harga kedelai sekarang ini, naiknya terlalu tinggi," ujarnya.

Lanjut Yayah, usaha pembuatan tahu menjadi rugi karenak biaya produksi pembuatan tahu membengkak khususnya untuk pembelian kacang kedelai.

"Apalagi kemarin BBM naik yang menjadikan harga kayu bakar naik, biaya angkut ka pasar juga naik. Sementara kami tidak bisa menaikkan harga jual karena tahu itu susah dinaikkan," kata Yayah.

Baca Juga: Jadi Tersangka Kasus Korupsi, Dua Perempuan Dirut dan Bendahara BUMDes Binangun Banjar Dijebloskan ke Tahanan

Biasanya, lanjut Yayah, dari setiap satu jirangan tahu dirinya mendapat keuntungan antara Rp 50.000 hingga Rp 60.000. Namun akibat pembelian kedelai tinggi keuntungan tersebut sudah lama hilang. "Bahkan kami nombokan," katanya.

Atas kondisi tersebut, ujar dia, sebagai pengusaha tahu rumahan untuk sementara tidak  memproduksi tahu lagi. "Ya kalau yang didapatkan rugi, buat apa bikin juga, Pak," ujar Yayah.

Diwawancara terpisah, Jajang (34) pengrajin tempe di Jalan Ampera Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya mengakui hal yang sama. Menurut Jajang, akibat harga kedelai yang melambung, penghasilan dari pembuatan tempe menipis bahkan cenderung rugi.

Baca Juga: Viral! Resep Sandwich Buah ala Jepang yang Lezat dan Mudah Hanya dengan 3 Bahan

"Kemarin waktu harga kedelai masih Rp 11.000 per kg, ya masih adalah sedikit untung. Tapi setelah harganya mencapai Rp 13.000 per kg, ya kami rugi," ujarnya.

Sebelumnya Pengurus Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Tasikmalaya Agus Munajat (52) membenarkan tingginya harga kacang kedelai saat ini merupakan harga tertinggi dibanding sebelumnya.

Bahkan menurut Agus, sejak berdirinya Kopti di Kota Tasikmalaya, baru kali ini harga kacang kedelai menyentuh angka Rp 13.000 per kg. "Ya yang saya tahu, sejak Kopti Kota Tasikmalaya berdiri baru kali ini harga kacang kedelai menyentuh Rp 13.000 per kg," ujarnya.

Baca Juga: 5 Kuliner Tradisional Khas Jawa Barat Ini Sangat Disayangkan Bila tak Pernah Anda Cicipi, Versi Modern pun Ada

Agus berharap, dalam kondisi tingginya harga kacang kedelai saat ini pemerintah jangan tinggal diam. Tetapi ada langkah-langkah strategis yang bisa membantu para pengrajin keluar dari keterpurukan.

"Ya misalnya kayak sebelumnya kan penyediaan kacang kedelai importirnya satu pintu yaitu melalui Bulog. Tidak seperti sekarang importirnya diserahkan kepada swasta sehingga rantai distribusinya menjadi panjang," kata Agus.

Jika ada langkah cepat pemerintah menangani tingginya harga kacang kedelai, diharapkan membuat kelangsungan usaha para pengrajin tahu dan tempe terus berlanjut.*

 

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah