Di tengah ketidakpastian harga, Abdul menyebutkan, akhir-akhir ini para pemilik sawah seringkali mengeluhkan sulitnya mencari buruh tani untuk bekerja di sawah. Apalagi buruh berlatar milenial. Mulai buruh membajak, buruh tandur, pemiliharaan, pemupukan sampai buruh panen saat ini sudah jarang.
"Tren banyaknya bantuan sembako, termasuk beras, dirasakan ada pergeseran buruh tani yang biasa ke sawah menjadi buruh bangunan. Bahkan, diantaranya ada yang langsung tak mau jadi buruh tani atau turun ke sawah lagi, apalagi gacong ke sawah," ucapnya.
Diduga pergeseran profesi ini berlatar besaran upah. Misalnya, upah buruh tani yang berlaku selama ini, berkisar Rp70 ribu per hari dan diberi makan sekali. Sementara upah buruh bangunan saat ini mencapai antara Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per hari.
Baca Juga: KUR 2023 Bank Mandiri Siap Disalurkan, Simak Informasi Terkini di Sini!
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kepala Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Banjar, H. Edi Herdianto serta Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjar, Yoyon Cuhyon, memprediksi panen raya padi akan berlangsung Maret, sehingga tersisa beberapa hari lagi. "Awal Maret segera ada panen raya padi. Saat ini baru panen sebagian wilayah di Banjar," ucap Edi.
Ditambahkan Yoyon, sebenarnya Banjar surplus beras. Artinya, ketersediaan beras masih aman untuk beberapa bulan kedepan. "Saat suplus beras, ditambah panen raya. Diyakini masyarakat Banjar tidak akan mengalami kekurangan beras," ucapnya.
Dijelaskan, dibalik harga beras atau gabah yang mahal, tentunya ada yang diuntungkan yaitu pejuang pertanian yakni petani pemilik gabah.