"Ya, kami akan melakukan merger bersama kampus yang serumpun untuk perpindahan mahasiswa," kata Rahadi kepada wartawan Kabar Priangan, beberapa waktu lalu.
Informasi yang didapatkan di lapangan bertolak belakang, mahasiwa justru melakukan pindah mandiri karena pihak yayasan dan kampus dinilai lari dari pertanggung jawaban.
Sekretaris BEM STMIK Tasikmalaya, Ayuni Dita Herliani menyebut, ada sejumlah mahasiswa STMIK Tasikmalaya yang tidak bisa meneruskan perkuliahan karena faktor ekonomi.
Baca Juga: 8 Ide Tindakan Nyata Mendukung ‘BeatPlasticPollution’ untuk Laut Bersih yang dapat Anda Lakukan
"Hasil verifikasi dan validasi (verval) data mahasiswa di LLDikti IV Bandung, 501 mahasiswa terkonfirmasi benar. Namun, ada beberapa mahasiswa yang datanya tidak sesuai dan perlu diperbaiki," sebut Ayuni saat diwawancara Kabar Priangan.
"Dari 501 mahasiswa tadi, tidak semuanya ikut perkuliahan karena terkendala biaya. Bahkan, yang ikut perkuliahan pun meminjam uang untuk biaya," kata Ayuni.
Salah seorang mahasiswa STMIK Tasikmalaya yang minta disamarkan namanya, inisial RH. RH harus mengubur impiannya menjadi sarjana komputer, karena terhimpit ekonomi.
Baca Juga: Kini Ada Wisata Balas Dendam atau Revenge Traveling, Tren Wisata yang Pamornya Masih Terus Menanjak
Dalam laporan PDDikti, RH masih tercatat sebagai mahasiswa semester 5. Padahal, dirinya telah mengenyam pendidikan hingga semester 8.
"Kalau lihat di laporan PDDikti, saya masih semester 5, padahal sudah semester 8. Saya tidak bisa meneruskan perkuliahan karena kendala biaya," kata RH melalui pesan singkat WhatsApp kepada wartawan Kabar Priangan.