Sholat Idul Adha 1444 H di Cimahi untuk Warga Muhammadiyah, Rabu 28 Juni 2023 Lengkap Nama Iman dan Khatib

- 27 Juni 2023, 15:46 WIB
Ilustrasi Idul Qurban Muhammadiyah 28 Juni 2023 - 10 Dzulhijjah 1444 H Cimahi.
Ilustrasi Idul Qurban Muhammadiyah 28 Juni 2023 - 10 Dzulhijjah 1444 H Cimahi. /unsplash/mufid majnun/

KABAR PRIANGAN - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah resmi menetapkan Idul Adha 1444 H jatuh pada hari Rabu tanggal 28 Juni 2023 melalui Maklumat Muhammadiyah No 1/MLM/I.0/E/2023.

Dalam menyambut ketetapan tersebut, berikut lokasi shalat Idul Adha yang dirilis oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Cimahi.

Dilansir dari muhammadiyah-jabar.id, terdapat 3 lokasi penyelenggaraan shalat Idul Adha yang tersebar di wilayah Cimahi, yaitu:

Baca Juga: 10 Titik Lokasi Sholat Idul Adha 1444 H Muhammadiyah di Kabupaten Pangandaran Beserta Nama Imam dan Khatib

1. Lapangan Rajawali
Jln Gatot Subroto, Cimahi Tengah, Kota Cimahi
Imam/Khatib: Ustadz Rif’an Ali Hafidz (Ketua PCIM Sudan)
Penyelenggara: PDM Kota Cimahi

2. Kampus MTs MA Asih Putera
Jln Cihanjuang, Cimahi Utara, Kota Cimahi
Imam/Khatib: dr. H. E. Kusdinar Achmad, MPH
Penyelenggara: DKM Masjid Asih Putera

Baca Juga: Titik Lokasi Sholat Idul Adha 1444 H Muhammadiyah di 18 Kecamatan Kota Bandung, Beserta Nama Khatib dan Imam

3. Komp. PPTM Cibabat
Jln Pasantren, Cimahi Utara, Kota Cimahi
Imam/Khatib: Ustadz Wildan Nugraha
Penyelenggara: DKM Sabiilul Muttaqiin

Dengan diselenggarakannya Idul Adha 1444 H pada Rabu tanggal 28 Juni 2023, maka hari ini, Selasa 27 Juni 2023 warga Muhammadiyah sedang menjalankan puasa Arafah, 9 Dzulhijjah 1444 H.

Baca Juga: Ini Bank yang Buka Saat Long Weekend Idul Adha, Ada yang Tetap Buka Pada Cuti Bersama. KUR Tetap Dilayani

Sekilas mengenai hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah

Penggunaan hisab hakiki oleh Muhammadiyah ini dipilih karena perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran Bulan dan Matahari diyakini paling tepat berdasarkan kondisi Bulan dan Matahari pada saat itu.

Nama hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal dimaksudkan karena matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan walaupun dengan jarak waktu yang berdekatan, satu menit atau kurang.

Masukan ini diberikan oleh pakar falak Muhammadiyah, Wardan Diponingrat yang memahami hilal berlandaskan pada QS. Yasin [36] ayat 39-40, diperkuat dengan hadis dan konsep fikih lainnya serta didukung ilmu astronomi.

Baca Juga: Pendaftaran Jalur Mandiri Unnes dengan Nilai UTBK Telah Dibuka! Simak Tata Cara Pendaftarannya

Mengapa Muhammadiyah tidak memilih hisab hakiki imkanur rukyat?

Dalam melihat hilal, terdapat beberapa metode hisab hakiki. Selain hisab hakiki wujudul hilal, terdapat hisab hakiki imkanur rukyat.

Sama seperti hisab hakiki wujudul hilal, hisab hakiki imkanur rukyat juga mensyaratkan bulan berada di atas ufuk saat matahari tenggelam pada hari konjungsi.

Namun hingga saat ini para ahli belum menemukan kesepakatan dalam menentukan berapa derajat ketinggian bulan di atas ufuk sebagai salah satu syarat hisab hakiki imkanur rukyat.

Baca Juga: 4 Warga Singajaya Garut Selamat dari Maut, Setelah Evakuasi Korban yang Jatuh ke Sumur

Karena hal tersebut, maka Muhammadiyah memilih hisab hakiki wujudul hilal yang menetapkan seberapapun tinggi posisi bulan, jika bulan sudah berada di atas ufuk maka esok harinya adalah hari pertama bulan baru, hal ini termasuk jika tinggi posisi bulan hanya 0.1 derajat.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x