Rudy juga menyampaikan, pihaknya juga tengah berupaya untuk memasarkan batik garutan agar bisa lebih eksis di dunia internasional. Dengan cara demikian, diharapkan bisa kembali menumbuhkan minat perajin batik garutan untuk berproduksi sehingga batik garutan kembali bisa berjaya.
Baca Juga: Puluhan Pelajar Pelaku Balap Liar, Digelandang ke Mapolres Garut
Penurunan jumlah perajin batik garutan, imbuhnya, tentu bukannya tanpa sebab. Sepinya jumlah pembeli akhir-akhir ini membuat mereka mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis yakni hanya berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp900 ribu per bulan.
Alasan ini pula menurutnya yang menjadi pertimbangan pihaknya selama ini terus berpikir keras untuk bisa mengembalikan kejayaan batik garutan. Ia berharap, batik garutan bisa kembali mencapai masa kejayaannya seperti tahun 1967-1985 lalu.
"Kita akan rumuskan bagaimana caranya batik garutan ini bisa dipromosikan dan kembali mendunia. Kita ingin ada diplomasi khusus untuk memasarkan batik garutan, karena minat di eropa sama batik itu ternyata tinggi," ucap Rudy.***