Buka Sekolah Jurnalisme Indonesia, Nadiem Makarim: Wartawan Tetap Menjaga Kualitas Jurnalisme

- 6 Februari 2024, 18:09 WIB
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim saat membuka Sekolah Jurnalisme Indonesia Kelas Muda Angkatan 1 di Sekretariat PWI Jawa Barat, Selasa 6 Februari 2024.
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim saat membuka Sekolah Jurnalisme Indonesia Kelas Muda Angkatan 1 di Sekretariat PWI Jawa Barat, Selasa 6 Februari 2024. /Kabar-Priangan.com/Helma Apriyanti

KABAR PRIANGAN – Sebanyak 33 wartawan yang merupakan perwakilan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kota dan kabupaten di Jawa Barat mengikuti Sekolah Jurnalisme Indonesia (SJI) Kelas Muda Angkatan Pertama pada Selasa, 6 Februari 2024.

Bertempat di Sekretariat PWI Jawa Barat (Jabar) Jalan Wartawan, Lengkong Kota Bandung kegiatan yang dilakukan dari tanggal 6-10 Februari 2024 ini dibuka oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Dalam kesempatan itu, Nadiem berpesan agar para wartawan tetap menjaga kualitas jurnalisme ditengah disrupsi informasi.

Hal ini diungkapkan Nadiem karena menurutnya, dunia jurnalisme saat ini tengah bersaing dengan Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan.  Dimana perkembangan teknologi yang ada saat ini bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme di Indonesia. “Tentunya teknologi telah merubah segala aspek daripada sektor jurnalisme. Disruptif kondisinya,” ucap Nadiem. “Tapi itu bukan alasan untuk menurunkan kualitas jurnalisme. Kita harus berkompetisi dengan AI sekarang. Kita harus berintegritas, berpikiran kritis, kita harus menulis dengan hati nurani, karena itu yang tidak dimiliki oleh mesin kecerdasan buatan,” lanjutnya.

Baca Juga: 81 Orang Wartawan Ikuti OKK PWI Jawa Barat, Hendry Ch Bangun: Jaga Nama Baik PWI

Nadiem pun mengaku sempat dibuat pusing oleh beberapa publikasi berita online atau daring yang mengasumsikan bahwa dirinya sebagai pembaca yang sedang mengikuti isu tertentu. Di sisi lain, ia baru membaca isu yang tengah mencuat. Menurut Nadiem, publikasi media The Economist yang menurutnya lebih enak untuk dibaca. “Itu setiap orang dijelaskan, bahkan orang tekenal pun dijelaskan siapa dia. Seolah-olah pembaca tidak mengetahui hal itu. Itu adalah standar jurnalisme yang perlu diterapkan, sehingga masyarakat pun naik tingkat literasinya. Sekarang misinformasi, disinformasi menjadi sangat rentan di masyarakat, karena tidak ada standar penulisan yang komprehensif dan integritas yang kuat,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua PWI Pusat, Hendri Ch Bangun menyebut SJI merupakan lanjutan dari program yang sebelumnya sudah digagas tahun 2016 lalu. Menurutnya, SJI merupakan program peningkatan kompetensi dan wawasan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Apalagi menurutnya, SJI adalah ikon dari PWI yang sudah berjalan sejak lama. “Pada saat itu, pertama kali diadakan di Palembang tahun 2010 dengan pemberi kuliah pertama Presiden SBY. Untuk kali ini, multitasking jurnalisme menjadi andalan. Termasuk berpikir kritis, berwawasan kebangsaan, dan menjaga integritas,” jelas Hendri.***

Editor: Helma Apriyanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x