Masjid Agung Manonjaya, Cagar Budaya yang Berusia Nyaris Dua Abad. Dibangun Saat Pemerintahan Wiradadaha VIII

23 April 2022, 13:12 WIB
Masjid Agung Manonjaya, Cagar Budaya yang Harus Dilestarikan. Masjid Kuno yang Berusia Nyaris Dua Abad dan dibangun pada saat pemerintahan Wiradadaha VIII.* /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Salah satu masjid paling bersejarah di Tasikmalaya adalah Masjid Agung Manonjaya, yang berlokasi di Dusun Kaum Tengah, Desa/Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya.

Masjid yang memiliki usia ratusan tahun ini terlihat masih kokoh berdiri, meski sempat direnovasi beberapa bagiannya akibat terkena guncangan bencana gempa bumi tahun 2009 lalu.

Dari beberapa sumber yang ada, Masjid Agung Manonjaya dibangun pada tahun 1832 M pada masa Raden Tumenggung Daruningrat atau Wiradadaha VIII.

Baca Juga: Jadwal One Way Ganjil Genap Mudik Lebaran 2022 dari Tol Cikampek Hingga Tol Kalikangkung

Namun, ada pula yang menyebutkan, masjid ini dibangun pada tahun 1837 M. Bersamaan dengan perpindahan Ibu Kota Pemerintatah dari Sukaraja yang dulu bernama Pasir Panjang ke Harjawinangun yang kini dikenal dengan nama Manonjaya.

Terlepas dari kedua data tersebut, yang pasti masjid itu sudah berdiri hampir 190 tahun lalu.

Maka tidak heran, jika dengan usianya yang mendekati dua abad tersebut Pemerintah Republik Indonesia menetapkan Masjid Manonjaya yang memiliki luas sekitar 1.250 meter persegi ini menjadi kawasan cagar budaya (purbakala) Situs Masjid Kuno yang wajib dilindungi dan dilestarikan.

Baca Juga: Jumlah Pemudik Diperkirakan Mencapai 85 Juta Orang. Ade Sugianto: Tasikmalaya Siapkan Hadapi Lonjakan Pemudik

Ketetapan pemerintah itu dikeluarkan oleh Badan Arkeologi RI yang merujuk UU Kepurbakalaan pada 1 September 1975 bersama dengan Masjid Agung Sumedang.

Keputusan ini diperkuat lagi melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 5 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa Masjid Agung Manonjaya sebagai bangunan cagar budaya yang harus terus dilestarikan.

Selain karena usianya yang sangat tua, masjid kebanggan warga Tasikmalaya ini juga memiliki ciri khas tersendiri dari segi arsitekturnya.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat, 8 Golongan Orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah, Begini Penjelasannya

Dimana bangunan Masjid Agung Manonjaya tampak berbeda dan unik dibandingkan dengan bangunan masjid lainnnya.

Bangunan masjid berasitektur neoklasik dengan perpaduan Sunda, Jawa, dan Eropa. Bila masjid pada umumnya menggunakan atap berupa kubah, maka Masjid Agung Manonjaya menggunakan atap tumpang tiga.

Adaptasi neoklasik Eropa sendiri tampak dari kondisi serambi masjid yang memiliki banyak tiang penyangga.

Baca Juga: Ingin Mendapatkan Lailatul Qadar? Buya Arrazy Hasyim Sarankan Tiga Amalan Ini

Sementara gaya Eropa dilihat dari menara masjid di sisi kanan, kiri, dan dua di tengah. Dimana untuk menara kanan dan kiri masjid berbentuk segi delapan. Ditambah ada enam buah jendela di setiap menara.

Di dalam bangunan utama masjid, sedikitnya terdapat 10 tiang penyangga. Tiang-tiang tersebut terdiri atas 4 tiang soko guru berbentuk segi delapan, 4 tiang penyangga atap di antara tiang soko guru, ditambah 2 tiang yang berdiri di depan mihrab.

Bukan hanya asrsitekturnya, Masjid Agung Manonjaya juga memiliki keunikan dari ruang shalatnya. Dimana untuk ruang shalat laki-laki dan perempuan terpisah.

Baca Juga: Bagaimana Hukumnya Bagi Orang yang Berpuasa, Namun Tidak Sholat? Gugurkah Pahala Puasanya?

Khusus untuk perempuan (Pawastren), ruang salat ini berada di sebelah selatan tempat shalat utama dengan panjang 11,4 meter dan lebar 3,8 meter.

"Keunikan lainnya dari masjid ini adalah adanya Mustaka atau Memolo yang dipercaya merupakan peninggalan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan yang disimpan di bagian atap tertinggi masjid,” ungkap Pengurus DKM Masjid Agung Manonjaya, Rusliana.

Meskipun memolo ini merupakan kekhasan bangunan masjid di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur pada masa Hindu, tetapi memang diadaptasi pada pembangunannya di masa itu.

Baca Juga: Idul Fitri Tahun Ini Berbeda dengan Sebelumnya, Bupati Ciamis: Pemerintah Beri Sejumlah Kelonggaran Aturan

Masjid ini sempat ambruk akibat bencana, mulai gempa pada tahun 1977, meletusnya Gunung Galunggung pada tahun 1982, hingga Gempa pada 2 September 2009.

Karena umurnya yang sudah ratusan tahun, Masjid Agung Menonjaya tidak lepas dari beberapa kali direnovasi.

Akan tetapi, pihak pengurus masjid tetap mempertahankan bentuk dan keaslinan bangunan agar tetap lestari.

Baca Juga: Pelaku Begal Payudara Dibebaskan Setelah Islah dengan Korban. Pelaku Masih di Bawah Umur

Renovasi pertama kali dilakukan tahun 1952 pada bagian atap masjid dan pelebaran masjid. Awalnya, masjid hanya memiliki lebar hanya 16x16 meter, lalu dilakukan pelebaran menjadi 16x18 meter.

Renovasi ringan juga pernah dilakukan tahun 1972 dan 1992. Renovasi besar pada Masjid Agung Manonjaya dilakukan pada 2011.

Hal ini karena bangunan masjid rusak akibat gempa yang melanda Tasikmalaya pada 2009.

Baca Juga: Polisi Amankan Pelaku Investasi Bodong di Garut, Kerugian Capai Rp7 M Lebih

Keindahan Masjid Agung Manonjaya semakin lengkap dengan keberadaan Alun-alun yang berada persis di bagian depan.

Dimana saat bulan Ramadan ini, Alun-alunnya sering digunakan warga untui ngabuburit.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler