KABAR PRIANGAN - Menyampaikan berita duka bukanlah hal yang mudah bagi siapa pun. Kehilangan seseorang dapat menimbulkan perasaan sedih, marah, kecewa, tidak menerima dan campur aduk.
Terkadang menceritakan perasaan sendiri saja terasa sulit, apalagi jika harus menjelaskan berita duka kepada anak yang masih kecil.
Kemampuan berfikir anak umumnya masih terbatas dan belum matang apalagi untuk memaknai berita duka atau kematian.
Sehingga sebagian anak mungkin ikut sedih, dan sebagian lagi ada yang terdiam mengamati orang-orang di sekitarnya. Tanpa mengerti apa yang sedang terjadi dan apa yang sedang dirasakan oleh semua orang.
Baca Juga: Resep Sambal Matah Khas Bali, Pedas Gurih dan Anti Gagal!
Dilansir dari Chai’s Play, berikut ini merupakan tanggapan para ahli mengenai konsep kematian berdasarkan kelompok usia anak:
Bayi (baru lahir-usia 3 tahun)
Bayi belum bisa sama sekali memahami konsep abstrak seperti berita duka atau kematian. Tetapi ketika orang terdekatnya meninggal, ada juga bayi yang menunjukan rasa tidak nyaman, atau menangis terus menerus karena menyadari kehilangan sosok terdekatnya.
Balita (3-5 tahun)
Balita hanya memahami sebagian kecil konsep dari kematian. Mereka mungkin menunjukan rasa cemas dan takut, karena dipengaruhi oleh perasaan orang-orang sekitar yang sedang sedih, marah dan depresi akibat kematian seseorang.
Baca Juga: Tipu Calon Tenaga Kerja Acong Ditangkap Polisi di Sumedang
Anak pra-sekolah (5-7 tahun)
Memasuki usia pra sekolah, anak-anak mulai sedikit mengerti apa yang orang dewasa rasakan. Tapi belum memahami kematian dengan sepenuhnya.
Anak-anak masih memahami bahwa kematian itu bersifat sementara. Mungkin mereka pernah mendengar kematian dari buku yang dibaca, tontonan televisi, atau hewan peliharaan yang mati.
Pada usia ini anak mulai mengasosiasikan sesuatu dengan kematian, misalnya gambar tengkorak.
Saat ada berita duka beberapa anak merasa sedih, atau sebaliknya anak tidak menunjukan reaksi apapun. Anak juga mungkin memperlihatkan kesedihannya secara tertunda, setelah waktu berlalu.
Baca Juga: Tahun 2023 Diprediksi Dihantam Resesi, Berikut Ini E-Commerce No. 1 Pilihan Penjual
Hal tersebut merupakan proses anak sedang memahami dan menerima peristiwa kematian.
Suatu hari anak-anak mungkin akan mempertanyakan soal kematian. Berikut tips yang dapat membantu menjelaskan seputar berita duka dan kematian pada anak:
1. Ceritakan dengan jujur
Berkata jujur kepada anak dapat menjelaskan semua tangisan dan rasa sakit yang dirasakan. Bersikap terbuka justru membantu anak belajar untuk melewati proses ini.
2. Bersiaplah menghadapi beragam emosi
Anak mungkin akan menunjukan perasaan kecewa bahkan marah saat kehilangan seseorang. Terimalah perasaan anak apa adanya. Bantulah anak merasa aman dan tenang selama proses ini.
Baca Juga: Jadwal Acara NET TV Kamis 9 Februari 2023: Hadirkan Makan Enak, 18 Again, Oh My Venus dan Top Spot
3. Tidak apa-apa menangis di depan anak atau menangis bersama anak
Biarkan anak dapat melihat apa yang sedang kita rasakan.
4. Hindari penjelasan yang abstrak
Ucapan seperti meninggal itu adalah sedang tidur dengan tenang, atau pergi ketempat yang lebih baik. Kalimat-kalimat abstrak tersebut hanya membuat anak menjadi bingung.
5. Biarkan anak menyiapkan diri sebelum pergi ke pemakaman
Beritahu lebih dulu kepada anak apa yang akan dilakukan dan apa yang akan mereka lihat sebelum keacara pemakaman, pengajian, dan segala prosesnya.
6. Lakukan kembali aktivitas seperti biasanya
Setelah keadaansemakin tenang, kembalilah keaktivitas semula.
Daripada menghindari pertanyaan anak, lebih baik bantu anak untuk memahami konsep kematian secara pelan-pelan.
Jika anak kesulitan menerima kematian orang terdekat atau menunjukan gejala-gejala yang mulai menggangu psikis, sebaiknya berkonsultasi dengan psikolog, agar anak dapat tertangani dengan lebih baik.***