Yang pasti, ada penambahan waktu dari agenda rutin seperti pasaran kitab kuning yang biasanya dimulai dari pukul 08.00-10.00 WIB, di bulan ramadhan ditambah sampai Dzuhur dan setelah Dzuhur sampai Ashar.
Setelah Ashar dilanjutkan dengan Sima'an sebanyak 1,5 Juz oleh Pimpinan Ponpes KH. Dede Khoerudin atau kerap dipanggil Abu.
Begitupun tugas murojaah (setoran hapalan) atau ziadah (tambahan setoran hapalan) ditambah. Meski padat, banyak santri takhosus (santri yang mondok) mengaku tak terbebani.
Menurut Alumni Institut Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (IPTIQ) Jakarta ini, para santri justru terlihat antusias untuk memproduksi pahala yang hubungannya langsung dengan sang maha pencipta atau habluminalloh.
"Justru kami bersemangat karena fadilahnya sangat besar. Abu atau Umi Oba Badriatul Adawiyah maupun guru-guru kami semua kerap memotivasi kami, " kata Nala Salsabila dan Azzah Laila Nur Azizah, santri takhosus di sela kegiatan setoran murojaah.
Baca Juga: H. M. Yusuf: Ramadhan Tahun Ini Umat Muslim Dapat Beribadah Tanpa Pembatasan yang Ketat
Tradisi mengisi bulan Ramadhan dengan pemadatan kegiatan tetap dipelihara santri di Pondok pesantren itu.
Salah satunya dalam pelaksanaan tarawih dimana bacaan surat yang dipilih dalam kegiatan di masjid tersebut juga jadi ciri khas tersendiri dimana imam menyelesaikan satu Juz setiap malam.
Jadi bagi yang tidak pernah absen dan khusu saat mendengarkan surat yang dibacakan Imam, maka selama bulan Ramadhan, jemaah pun diyakini ikut menikmati pahala menyelesaikan atau khatam Alquran selama tarawih.