Boboko, Wadah Nasi Khas Sunda yang Penuh Filosofi. “Isi dan Cangkang Harus Sesuai”

- 4 Februari 2023, 08:49 WIB
Boboko alias bakul nasi
Boboko alias bakul nasi /Engkos Kosasih

KABAR PRIANGAN - Wadah untuk menyimpan nasi atau boboko dalam bahasa Sunda seringkali dijumpai bila sedang bersantap di warung makan khas Sunda.

Selain sajian lalapan dan sambal pelengkap, rasanya kurang nyunda jika benda tersebut tidak turut disajikan.

Masyarakat Sunda juga lazim menggunakan boboko untuk ngisikan (membersihkan beras sebelum ditanak).

Baca Juga: Resep Bubur Jali Siram Santan di Dapur Omah Eulis, Berbahan Dasar Biji Hanjeli yang Kaya Manfaat

Namun kini banyak masyarakat yang sudah tidak menggunakan boboko. Nasi dimasak dan disimpan dalam alat penanak nasi elektrik yang disebut rice cooker.

Saat ini banyak sekali perkakas yang dibuat dengan bahan dasar plastik. Tapi secara tradisional boboko terbuat dari bambu.

Batang bambu yang sudah dibersihkan, kemudian dipotong, diraut, lalu diayam.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Sabtu 4 Februari 2023: Virgo Bertemu Belahan Jiwa, Leo Ditawari Kerjaan Baru, Lalu Cancer?

Boboko memiliki bentuk perpaduan dua pola geometris. Yaitu bujur sangkar pada bagian bawah atau kaki, dan lingkaran pada bagian atas.

Menurut Guru besar Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Profesor Jacob Sumardjo dalam buku Estetika Paradoks (2014: 67), struktur boboko memiliki makna filosofi yang sesuai dengan kosmologi Sunda.

Jacob menerangkan bahwa kebudayaan Sunda terbagi menjadi tiga pola atau tritangtu. Yaitu dua hal yang saling berlawanan dengan satu “ruang perjumpaan” keduanya.

Baca Juga: Akhir Pekan Bersama Ambu Ivon 'Srikandi Banjarnegara' Asal Ciamis, Sosok di Balik Rumah Singgah Griya Amanah

Boboko memiliki tiga bagian, yakni, bagian bawah berbentuk bujur sangkar, tengah berbentuk segi delapan, dan atas yang berbentuk lingkaran.

Memiliki struktur bawah ke atas (vertikal). Dalam kebudayaan Sunda, struktur jenis ini bersifat transedental.

Bentuk bujur sangkar pada bagian bawah memiliki kualitas maskulin, yang bersifat kokoh, menutup, dan punya garis batas yang jelas.

Baca Juga: Diizinkan Pemkot, Kehadiran PKL Jalan Cihideung Kota Tasikmalaya Ditolak Warga

Masyarakat Sunda yang memiliki kosmologi huma atau ladang, mempersonifikasikan bagian tersebut sebagai laki-laki, dan berhubungan dengan tanah atau bumi.

Bentuk lingkaran pada bagian atas bersifat feminin (perempuan). Arahnya terbuka ke atas, tanpa batas, dan mendongak ke langit.

Ruang perjumpaan bagian bawah dengan bagian atas; bujur sangkar dengan lingkaran; maskulin dengan feminin berada di tengah.

Baca Juga: Peringati HBII 2023, Singrancage Gelar Lomba-lomba Berbahasa Sunda, Simak Berbagai Jenis Lombanya

Ruang ini merupakan transformasi dari bujur sangkar ke lingkaran. Di bagian ini nasi disimpan.

Nasi yang berasal dari beras merupakan perwujudan Dewi Padi. Mitologi Sunda mengenalnya dengan nama Nyi Pohaci atau Sang Hyang Sri Pohaci.

Demi kesejahteraan umat manusia, Dewi Pohaci turun dari langit ke bumi dan salin rupa menjadi padi.

Baca Juga: Beredar Kabar KLB PSSI Askab Garut Harus Diulang

Nyi Pohaci yang berasal dari langit merupakan simbol dari sifat feminim (perempuan), lalu turun ke bumi yang memiliki simbol maskulin (laki-laki).

Kemudian disimpan dalam boboko yang berbingkai lingkaran (mendongak ke langit; perempuan) dan beralas bujur sangkar (menapak ke bumi; laki-laki).

Nasi adalah materi yang dapat diindra. Namun berasal dari dua metafisik yang berbeda dan saling berlawanan; langit dan bumi, feminin dan maskulin. Sehingga nasi pun ditempakan pula dalam wadah yang paradoks; boboko.

Baca Juga: Perbanyak Amalan di Bulan Rajab, Jadi 'Starting Point' Sambut Bulan Ramadan

Perjumpaan sifat feminim di langit yang biasanya dimaknai sebagai sesuatu yang sakral, transenden, surgawi atau akhirat, dengan sifat maskulin yang padat seperti bumi dimaknai sebagai sesuatu yang imanen, profan, duniawi.

Memperlihatkan bahwa masyarakat Sunda senantiasa berpikir holistik. Tidak membedakan secara tegas urusan duniawi dengan surgawi atau akhirat.

Filosofi boboko memperlihatkan betapa luhurnya budaya Nusantara. Dalam berbagai aspek kehidupan, para leluhur telah menanamkan nilai-nilai dan filosofi.

Baca Juga: Pembunuhan Dini Hari Gemparkan Jamanis Tasikmalaya, Sebelum Meninggal Sang Kakak Mengatakan Ditusuk Adiknya

Dari boboko, dapat diambil pelajaran bahwa isi dan cangkang (wadah) harus sesuai.***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x