Dengan dan melalui pendidikan Ki Hajar menanamkan rasa nasionalisme dan semangat kemerdekaan kepada para anak didiknya. Hal ini tertuama yang tidak disukai penjajah karena membahayakan posisi mereka sebagai bangsa penjajah.
Pendidikan di Taman Siswa mendasarkan sistem dan metodenya kepada sejumlah nilai dan falsafah yang dirancang Ki Hajar yang menurutnya sesuai dan cocok dengan karakter bangsa Indonesia.
Salah satu nilai yang sangat terkenal dan dijadikan semboyan dunia pendidikan nasional hingga saat ini adalah ing ngarsa sing tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Ing ngarsa sing tuladha berarti yang di depan harus mampu menjadi tauladan. Maknanya, seorang guru harus mampu menjadi contoh baik bagi para muridnya maupun masyarakat secara umum. Oleh karenya, seorang guru selain serdas secara kognisi, haruslah juga memiliki budi pekerti yang baik.
Ing madya mangun karsa berarti yang di tengah membangun cita-cita. Maknanya, guru harus mampu memotivasi anak didiknya agar ia senantiasa berkarya, memiliki cita-cita, dan berkreasi positif.
Tut wuri handayani berarti yang di belakang mendukung dan mengikuti. Maknanya, seorang guru harus senantiasa mendorong dan mendukung anak didiknya untuk mengejar cita-cita dan mengembangkan diri sesuai potensinya. Guru tidak boleh memaksa anak didik untuk menekuni bidang yang tidak sesuai dengan potensinya. Demikian pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Baca Juga: Ini Dia Lima Drakor yang Akan Tayang Pada Awal Mei, Drama Terbaru Sehun EXO dan Dong Hae Supe Junior
Untuk menjalankan falsafah tersebut, Ki Hajar menggagas metode among yang bermakna mengasuh. Dalam metode ini guru disebut Pamong yang bermakna pengasuh.
Konsep semacam ini banyak dipraktekan di pondok pesantren di mana kiai merupakan dan disebut pengasuh santri alih-alih pengajar atau kepala.