PENTING! Tak Semua Stunting Berbadan Kurus, Ada Juga yang Berbadan Gemuk! Simak Penjelasannya

- 19 Februari 2024, 22:00 WIB
Edukasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI bersama Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum.*/Youtobe/@KementerianKesehatanRI
Edukasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI bersama Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum.*/Youtobe/@KementerianKesehatanRI /

KABAR PRIANGAN - Prevalensi stunting di Indonesia pada tahun 2023 mencapai angka 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024. Untuk menekan angka tersebut, perlu adanya edukasi dengan kecukupan gizi. Lantas, apa itu kecukupan gizi?

Kecukupan gizi didefinisikan sebagai banyaknya zat-zat minimal yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan status gizi yang kuat. Biasanya Indikator kecukupan gizi dinilai terutama dari pertumbuhannya, tentunya disesuaikan dengan usia.

"Anak berusia 0 sampai 6 bulan kebutuhan utamanya adalah asi, makannya disebut hak anak memperoleh asi ekslusif. Pada usia 6 bulan dimulai dengan makanan pendamping asi (empe asi), dengan dibersamai asi hingga 2 tahun," kata Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum, dalam kegiatan Kemencast dilansir dari akun Youtube @KementerianKesehatanRI Pada Senin, 19 Februari 2024.

"Bagi anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang disesuaikan dengan isi piring, yaitu fokus pada protein hewani yang dibesamai dengan makanan lainnya (sayur, buah, makanan pokok dan protein lainnya) yang profosional," kata Tan Shot Yen melanjutkan.

Baca Juga: Inilah 5 Rekomendasi Wisata Alam di Kuningan yang Cocok Jadi Tempat Healing! Nomor 3 Destinasi Legendaris

Seberapa Penting Mengetahui Jumlah Gizi yang Tepat Sesuai dengan Tingkatan Usia?

Tan Shot Yen menjelaskan bahwa mengetahui jumlah gizi pada tubuh sangat penting, sebab ditakutkan mengalami gangguan gizi. Dengan mengetahui kebutuhan dan intensitas jumlah keperluan tubuh, maka tubuh akan seimbang.

Banyak orang yang mendefinisikan gangguan gizi itu berbadan kurus dan kering, padahal tidak sedikit kasus berbadan besar atau gemuk ternyata mengalami malgizi (kekurangan gizi).

"Hal tersebut terjadi karena banyak orang yang kurang memahami kualitas dan kuantitas makan yang baik. Maka akan rentan pada anak yang sedang tumbuh kembang mengalami westing, stunting bahkan Obesitas. Yang lebih menarik, tubuh anak obesitas ternyata mengalami stunting," tutur Tan Shot Yen.

Baca Juga: Ini Makanan yang Wajib Anda Konsumsi Ketika Asam Lambung Kumat Menurut dr Hans Tandra

Apa itu Suntating dan Westing?

Saat anak sedang mengalami proses tubuh dan berkembang, yaitu selama 1000 hari awal kehidupan atau hingga berusia 2 tahun, rentan mengalami gangguan gizi baik suntating atau westing. Karena saat anak berada dalam tahap tersebut, otaknya mengalami kurang lebih 80% proses pembentukan yang hampir sempurna.

"Westing itu ketika berat badan tidak cocok dengan tinggi badan. Suntating adalah gangguan gizi kronik yang terjadi pada anak," ucap Tan Shot Yen.

Dari penjelasan dokter tersebut, dapat dipahami bahwa suntating dan westing merupakan bagian kelainan gizi, tetapi keduanya memiliki makna yang berbeda. Suntating yaitu kurang gizi hingga gizi buruk yang menandai kurangnya asupan nutrisi yang bersifat akut.

Sementara westing membuat anak memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah, kemampuan fisik yang kurang, performa sekolah yang buruk dan mudah sakit.

Bagaimana Kualitas dan Kuantitas Makanan yang baik?

"Kuantitas makanan yang baik disesuaikan dengan buku KIA atau poster dari kemenkes untuk setiap tahapan usia," kata Tan Shot Yen.

Ia menjelaskan bahwa makanan yang berkualitas berasal dari hewani dan nabati. Tentu saja makanan yang berkualitas harus diolah dengan cara yang benar, selain itu makanan yang berkualitas adalah makanan yang masih segar.***

 

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah