Selain Hujan Bulan Juni, ini 5 Puisi Romantis Karya Sapardi Djoko Damono

2 Juni 2021, 07:18 WIB
Lirik puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono /Kabar-Priangan.com/Helma/

KABAR PRIANGAN - Hujan Bulan Juni adalah salah satu buku karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono yang berisikan kumpulan puisi, sajak, dan cerita yang terbit pada tahun 1994.

Sapardi Djoko Damono  adalah seorang sastrawan kebanggaan Indonesia yang lahir di Surakarta tahun 1940.

Dalam usia 80 tahun, Sapardi Djoko Damono meninggal di Rumah Sakit Eka BSD Tanggerang pada Minggu, 19 Juli 2020.

Baca Juga: Kasus Covid- 19 Meningkat, Kegiatan PTM di Garut Dihentikan

Awal karir menulis Sapardi dimulai dari bangku sekolah. Saat masih di sekolah menengah, karya-karyanya sudah sering dimuat di majalah.

Meski saat ini Sapardi sudah meninggalkan kita, namun karya-karyanya yang romantis dan meneduhkan hati tetap dapat dikenang sepanjang waktu oleh banyak generasi.

Baca Juga: Tahun ini, Kabupaten Garut Dapat Jatah 570 Kuota CPNS, Terbanyak Tenaga Kesehatan

Berikut lima puisi romantis karya Sapardi Djoko Damono :

  1. Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu.

 Baca Juga: DPRD Jabar Minta Pemkab Garut Segera Usulkan Pembentukan DOB Garut Utara

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu.

 

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

Diserap akar pohon bunga itu.

 Baca Juga: Sempat Hilang, Tahu dan Tempe Muncul Kembali di Pasaran

  1. Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

 Baca Juga: Sumedang Dapat Tawaran Kerjasama Tanaman Hias dari Putri Wapres

  1. Sajak-sajak Kecil Tentang Cinta

Mencintai angin harus menjadi siut...

Mencintai air harus menjadi ricik...

Mencintai gunung harus menjadi terjal...

Mencintai api harus menjadi jilat...

Mencintai cakrawala harus menebas jarak...

 

Mencintaimu harus menjadi aku.

 Baca Juga: Siswi Pemeran Video Open BO Alami Guncangan Psikis

  1. Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti

Jasadku tak akan ada lagi

Tapi dalam bait-bait sajak ini

Kau tak akan kurelakan sendiri

 

Pada suatu hari nanti

Suaraku tak terdengar lagi

Tapi di antara larik-larik sajak ini

Kau akan tetap kusiasati

 Baca Juga: Kasus Dugaan Korupsi Fingerprint, Kejari Tangkap Mantan Sekdis Pendidikan Kabupaten Ciamis dan Rekanan

Pada suatu hari nanti

Impianku pun tak dikenal lagi

Namun di sela-sela huruf sajak ini

Kau tak akan letih-letihnya kucari

 Baca Juga: Apotek Kimia Farma di Tasikmalaya Dibobol Maling, Server dan Uang Tunai Digondol Pelaku

  1. Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi

memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa.

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.(Helma)***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler