Pengalaman Guru Sepuh di Ciamis, H. Otong Soekarso (Bagian 2): Liburan Anak SGB Tahun 1950-an

- 4 Maret 2023, 16:51 WIB
H. Otong Soekarso, tahun 1997.*
H. Otong Soekarso, tahun 1997.* /kabar-priangan.com/Dok. Pribadi /

Sebagai cara untuk meminta salak itu, mereka beramai-ramai berteriak, "Maang, menta salak nyaa!" (Maang, minta salak, yaa!) Lalu ada yang menjawab dari kejauhan, entah siapa, "Pek!" (Silahkan!). Mereka pun memetik salak itu dan makan dengan gembira. Padahal si Yunus itu mungkin hanya berlagak saja, dan yang menjawab teriakan mereka pun entah siapa!

Baca Juga: Mengunjungi Seniman Tari Idealis Ciamis, Neng Peking: Regenerasi Dibutuhkan Agar Kesenian Tradisi Tak Punah

Lain lagi bila malam Minggu, dan ibu asrama mengajak nonton film. Ini semacam "layanan asrama" untuk menghibur para murid SGB yang memang tidak boleh pulang kampung kecuali libur panjang atau ada keperluan mendesak. Bakda Magrib semua sudah berpakaian rapi. Pakaian bebas tapi tetap tidak boleh memakai kaus.

Semua lalu berjalan kaki bersama-sama ke bioskop. Karcis plus kacang untuk camilan, telah disiapkan oleh ibu asrama. "Bapak lupa nama bioskopnya, tapi di dekat Alun-alun, mungkin sudah bernama Bioskop Pusaka waktu itu," ujar H. Otong.

Jika tak ada kegiatan di luar, maka malam Minggu dihabiskan di dalam asrama. Ibu asrama biasanya menyediakan makanan ringan. Kadang anak-anak membeli kacang tanah seharga 1 Rupiah untuk 100 kacang tanah isi tiga biji. Kacang itu harus dimakan bersama-sama di atas meja, dan cangkangnya tak boleh berceceran di lantai. Maklum, ibu asrama adalah seorang pengawas penuh dedikasi.

Mengenai makanan ringan ini, ibu asrama selalu menyediakannya saat akhir pekan. Khusus hari Jumat, selalu terhidang bubur kacang ijo. Sementara pada hari-hari biasa, yang tersedia hanya nasi dan lauk pauknya.

Baca Juga: Kiprah (Almh) Ihat Husnul Hotimah, Pendiri Gilang Tiara, Pelopor PKBM di Kabupaten Bekasi Asal Ciamis

Bila ada libur cukup panjang, maka waktunya pulang kampung. Dari Ciamis Otong naik bus Budidarma jurusan Ciamis-Rajadesa-Rancah, lalu turun di Rancah dan berjalan kaki sekitar 10 km ke Tigaherang.

Dulu belum begitu banyak kendaraan umum. Bus Budidarma pun cuma satu dan hanya ada satu kali keberangkatan dari Ciamis menuju Rancah, atau sebaliknya. Bahkan wujudnya pun bukan bus dalam pengertian sebenarnya, tapi sebuah truk yang bagian belakangnya dibuat untuk penumpang, dipasangi atap dan ada kursi kayu untuk tempat duduk penumpang.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x