Peringatan Hari Kartini 21 April 2022, Sejarah Munculnya Emansipasi Wanita di Indonesia

20 April 2022, 10:39 WIB
Ilustrasi. Sejarah Hari Kartini yang selalu di peringati setiap tanggal 21 April.** /Pixabay/

KABAR PRIANGAN - Peringatan Hari Karti selalu dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 21 April.

Ditetapkannya 21 April sebagai peringatan Hari Kartini karena tanggal tersebut sesuai dengan hari kelahiran salah satu pahlawan wanita Indonesia, yakni Raden Adjeng Kartini.

Hari Kartini pertama kali diresmikan sebagai salah satu hari nasional pada tanggal 2 Mei 1964 olah Presiden pertama RI, Soekarno Hatta berdasarkan Kepres RI No. 108.

Baca Juga: Transfer di Premier League: Erling Haaland Bakal Lampaui Gaji Ronaldo, Liverpool Terancam Kehilangan Pemain

Kartini atau RA Kartini merupakan seorang pelopor kebangkitan kaum wanita di Indonesia, khususnya kaum pribumi.

RA Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879, merupakan putri dari bangsawan Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang juga menjabat sebagai bupati di Jepara pada masa itu.

RA Kartini menuntut ilmu di ELS (Europese Lagere School), sebuah sekolah yang didirikan oleh kolonial Belanda pada masa itu. Di sanalah RA Kartini mempelajari bahasa Belanda.

Baca Juga: Perajin Kupat Tanjung di Kawalu Tasikmalaya Sumringah Menyambut Musim Marema

Namun, RA Kartini hanya bersekolah hingga usia 12 tahun, karena pada masa itu seorang perempuan harus tinggal di rumah setelah menginjak usia yang memungkinkan untuk dipingit.

Karena kemampuan RA Kartini salam berbahasa Belanda, dirinya melanjutkan pelajarannya di rumah dengan banyak membaca surat kabar De Locomotief yang beredar harian di Semarang pada masa itu.

Selain surat kabar, RA Kartini juga gemar membaca majalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, majalah wanita yang diterbitkan dalam edisi Belanda.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Rabu 20 April 2022: Capricorn, Aquarius, Pisces. Keuntungan Finansial Menghampirimu

Dari kegemarannya membaca, RA Kartini mulai mencoba untuk menulis. Ide tulisannya seringkali dikirimkan ke media surat kabar untuk dimuat, salah satunya ke harian De Hollandsche Lelie.

RA Kartini pun mulai memiliki sahabat pena. Ia seringkali menulis surat kepada sahabat penanya yang ada di Belanda, seperti Rosa Abendanon yang banyak memberi dukungan dan masukan kepadanya.

Dari kebiasaan membaca dan tukar pikiran dengan wanita – wanita barat, Kartini mulai tertarik dengan pola pikir wanita eropa pada saat itu.

Baca Juga: Jadwal Acara GTV Rabu 20 April 2022: Tonton Syair Ramadan hingga Anak Jalanan A New Beginning

Membandingkan dengan wanita pribumi pada saat itu, strata wanita pribumi masih tergolong sangat rendah dan jauh dibandingkan dengan wanita eropa.

Hal inilah yang mendorong RA Kartini untuk memajukan status wanita pribumi.

Keinginannya tidak semata hanya memajukan strata atau derajat wanita pada masa itu, namun juga yang berhubungan dengan masalah sosial.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Polres Sumedang, Rabu 20 April 2022

Perhatiannya adalah memperjuangkan hak wanita agar memiliki kebebasan, otonom juga perlakuan hukum yang sama dalam masyarakat

Kemudian, RA Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Setelah itu, RA Kartini mulai merealisasikan mimpinya untuk memajukan wanita dengan mendirikan sekolah wanita yang terletak di sebelah timur pintu gerbang kantor bupati Rembang (kini menjadi Gedung Pramuka).

Baca Juga: Masjid di Komplek Ponpes Tahfidzul Quran Nurul Iman Makin Bergema di Bulan Ramadhan

Perjuangan RA Kartini tidak berhenti sampai disana, karena Yayasan Sekolah Kartini mulai didirikan dibanyak tempat, seperti di Semarang pada tahun 1912, diikuti di Surabaya, Cirebon, Yogyakarta, Madiun, Malang dan wilayah lainnya yang tersebar di Nusantara.***

 

Editor: Firda Aini Nadi Sanniyah

Tags

Terkini

Terpopuler