Hujan Bulan Juni, Mengenang Penyair Sapardi Djoko Damono yang Menjadi Inspirasi Google Doodle Hari Ini

20 Maret 2023, 09:18 WIB
Sapardi Djoko Damono yang ulang tahun ke-83 hari ini, diabadikan Google Doodle hari ini, Senin, 20 Maret 2023. /Instagram @damonosapardi/

KABAR PRIANGAN - “Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni, dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu…” merupakan penggalan puisi ‘Hujan Bulan Juni’ karya Sapardi Djoko Damono, yang menjadi inspirasi google doodle hari ini, 20 Maret 2023.

Tanggal tersebut bertepatan dengan waktu kelahirannya, yaitu di Surakarta, 20 Maret 1940. Sapardi Djoko Damono adalah salah seorang penyair Indonesia yang terkenal. Karya-karyanya mengangkatkan hal sederhana, dengan diksi yang sederhana pula namun penuh makna sehingga populer dikalangan sastrawan dan khalayak umum.

Profesor Doktor Sapardi Djoko Damono adalah seorang Dosen, Dekan, dan Guru Besar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia (kini fakultas Ilmu Budaya UI). Ia menulis hampir setiap hari, dan telah menebitkan banyak buku, diantaranya dua buku non fiksi; ‘Alih Wahana’ dan ‘Bilang Begini, Maksudnya Begitu’.

Baca Juga: Selangkah Lagi Menuju Grand Final INTM Cycle 3, Ratu Minor Challlenge vs Ratu FCO

Tapi ada salah satu kalimatnya dalam sebuah talkshow menjadi quote yang populer di media sosial Facebook pada saat itu. Ia berkata “menulis itu tidak perlu memikirkan teori.”

Dilansir dari jogjaprov.go.id, nama Sapardi Djoko Damoni kerap disingkat menjadi SDD dan populer dikalangan mahasiswanya dan masyarakat sastra Indonesia. Ia adalah putra dari pasangan Sadyoko dan Saparian, dan menghabiskan masa kecilnya di Surakarta.

Kemudian SDD melanjukan pendidikan strata satu di Universitas Gajah Mada jurusan sastra barat, lalu menempuh studi di Universitas Honolulu, Hawaii, dan program doktoral di Universitas Indonesia, tahun 1989.

Baca Juga: Warga Kota Banjar Tolak Pemasangan Patung Sphinx di Banjar Water Park. Masyarakat Menyebutnya Patung Firaun

SDD adalah satu diantara sedikit penyair yang merupakan seorang akademisi, dan sukses dikedua bidang tersebut. Ia telah memulai karir kepenulisannya sejak tahun 1958 ketika masih duduk di bangku SMA, dan dianggap sebagai sastrawan angkatan 70an.

Atas karya dan kiprahnya, SDD dianugrahi Cultural Award di Australia tahun 1978, Anugrah Puisi Putra di Malaysia tahun 1983, SEA Write Award di Thailand tahun 1986, Anugrah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990, Kalyana Kretya dari Manristek RI tahun 1996, Ahmad Bakrie Award tahun 2003, Akademia Jakarta tahun 2012, Habibie Award tahun 2016, dan ASEAN Book Award tahun 2018.

Selain menulis puisi, SDD juga menulis, cerpen, novel, dan prosa. Puisi Hujan Bulan Juli ia alih wahanakan menjadi sebuah novel pada tahun 2015, dan diangkat menjadi sebuah film pada tahun 2017, dengan aktris Velove Vexia dan Adipati Dolken sebagai pemeran utama.

Baca Juga: Ramadan 2023 Sudah Dekat, Riset Snapcart Ungkap E-Commerce yang Jadi No.1 Pilihan Pengguna

Puisi yang ditulis pada tahun 1989 tersebut menceritakan tentang ketabahan karena adanya sebuah anomali. Seperti diketahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis dengan dua musim, yaitu hujan dan kemarau.

Biasanya musim kemarau terjadi pada bulan April hingga September, dan hujan pada bulan Oktober hingga Maret. Sehingga, adanya hujan di bulan Juni merupakan hal yang mustahil karena merupakan waktu musim kemarau.

Dilansir dari kemendikbud.go.id, saat ini terjadi perubahan iklim yang diakibatkan oleh interaksi antara komponen-komponen dan faktor eksternal seperti kegiatan manusia yang menyebabkan pemanasan global, variasi sinar matahari, erupsi vulkanik, curah air dan gerakan angin, dan lain-lain.

Baca Juga: Kabar Gembira bagi Pengguna Kereta, Tak Hanya Kelas Ekonomi, Kini Eksekutif juga Berhenti di Stasiun Ciamis!

Puisi tersebut banyak mengispirasi bidang seni lain, salah satunya film. Sineas muda Kamila Andini yang juga merupakan putri dari sutradara kawakan Garin Nugroho, memproduksi sebuah film berjudul Yuni pada tahun 2021. Diambil dari kata Juni pada judul puisi Hujan Bulan Juni.

Yang menceritakan tentang perkawinan di bawah umur di daerah Banten. Kamila menganggap bahwa pada usia remaja tak seharusnya seorang anak perempuan dinikahkan apalagi terkait dengan mitos di daerah tersebut.

Maka Kamila menganggap fenomena tersebut sebagai sesuatu yang tidak seharusnya terjadi, karena waktu yang tidak tepat, seperti turunnya hujan di bulan Juni.

Baca Juga: LavAni Bentuk Kecintaan SBY kepada Mendiang Ani Yudhoyono, Dua Kali Ikut Proliga, Langsung Dua Kali pula Juara

Sapardi Djoko Damono meninggal pada usia 80 tahun, pada tanggal 19 Juli 2020, di daerah Tangerang Selatan karena penurunan fungsi organ.

Berikut adalah puisi Hujan Bulan Juni yang dilansir dari buku antalogi puisi Hujan Bulan Juni, 1994, untuk mengenang kiprah Sapardi Djoko Damono dalam bisang kesusastraan Indonesia.

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

Baca Juga: Buntut Terungkapnya Kasus Sabu, Pj Wali Kota Tasikmalaya Didesak Segera Pecat Pejabat dan ASN yang Terlibat 

Tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

Baca Juga: UPDATE Kebakaran Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Ludeskan Enam Kios, Kerugian Materi Sekitar Rp 100 Juta

1989.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler