Kisah Najib Azca Jadi Wasekjen PBNU, Merasa Hanya 'Bolo Dupak' dan Sekrup Kecil di 'Mabes Kramat'

- 17 Januari 2022, 17:33 WIB
Wakil Sekjen PBNU Masa Khidmah 2022-2027 Najib Azca (kanan) bersama Ketua Umum PBNU 2022-2027 Yahya Cholil Staquf di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu 12 Januari 2022.*
Wakil Sekjen PBNU Masa Khidmah 2022-2027 Najib Azca (kanan) bersama Ketua Umum PBNU 2022-2027 Yahya Cholil Staquf di Kantor PBNU, Jakarta, Rabu 12 Januari 2022.* /Kabar-Priangan.com/Dok. Pribadi

Hal lainnya, Najib pun sangat mendalami ke-NU-an serta dinamika yang terjadi di tubuh NU, terutama sejak Orde Baru.

Selain menempuh pendidikan di Fisipol UGM yang berkawan akrab dengan sejumlah putra tokoh NU, ia mantan wartawan DeTIK, tabloid berita mingguan (TBM) yang dibreidel oleh Presiden Soeharto bersama dengan Majalah Tempo dan Editor pada tahun 1994.

Baca Juga: Fantastis! Pemuda Asal Sumedang ini, Mampu Memproduksi Teknologi Pesawat Terbang Sendiri

Najib pun pernah bergabung dengan TBM DeTAK, TBM Simponi, dan TBM ADIL. Bagi pembaca media-media tersebut di era 1990-an, tentu tak asing dengan namanya atau Nazca, nama yang juga kerap dipakai menjadi inisial tulisan berita-beritanya. 

Namun, ketika berhari-hari turun langsung ke lapangan menghadiri Muktamar ke-29 NU 1994 di Pondok Pesantren Cipasung, Kabupaten Tasikmalaya, saat itu Najib tak punya media. Ia berstatus "korban breidel dua kali" karena Simponi --media cetak pengganti DeTIK-- pun sudah tak terbit.

Wakil Sekjen PBNU Masa Khidmah 2022-2027 Najib Azca (kanan) bersama koleganya, Eros Djarot (kiri) dan Syaifullah Yusuf.*
Wakil Sekjen PBNU Masa Khidmah 2022-2027 Najib Azca (kanan) bersama koleganya, Eros Djarot (kiri) dan Syaifullah Yusuf.* Dok. Pribadi

Sebelumnya, para punggawa Simponi sebagian besar masih orang-orang DeTIK, termasuk Eros Djarot dan Syaifullah Yusuf.

Baca Juga: Upin Ipin Asli Sudah Meninggal? Ternyata Selama Ini Merupakan Khayalan Opah

Muktamar NU Cipasung sendiri tercatat dalam sejarah sebagai muktamar yang "paling seru dan menegangkan" karena ada dua kubu yakni KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Abu Hasan.

Gus Dur yang mendapat dukungan kuat kalangan NU tradisional dan arus bawah, berhadapan dengan Abu Hasan yang disokong penguasa Orba. Setelah Gus Dur terpilih lagi menjadi Ketua Tanfiziyah PBNU dengan mendapatkan suara terbanyak pun, konflik belum selesai.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x