"Sebagai Sekjen PBNU adalah Gus Ipul yang hingga sore sehari sebelumnya tidak tahu bahwa aku akan menjadi wakilnya bersama dengan 20 orang wakil sekjen lainnya," tutur alumni SD Islam Kauman Pekalongan, SMP Ma’had Islam Pekalongan, dan SMA Negeri 1 Pekalongan itu.
Lantas, bagaimana rasanya bisa masuk kepengurusan PBNU? Najib mengaku, sebagai orang yang selama ini mendefinisikan diri sebagai "Nahdliyyin pinggiran", dirinya merasa terhomat diberi tugas dan kepercayaan di PBNU.
"Rasanya makjleb ya. Namun, bersamaan dengan itu muncul rasa tanggung jawab besar untuk berkhidmah di jamiyyah para ulama, meneruskan jejak perjalanan Bapak, Bue dan Simbah-Simbahku di Pekalongan yang juga berkhidmah di NU," ucapnya.
Dengan merendah, ia sendiri merasa sebagai ‘bolo dupak’. Bolo Dupak adalah pemain figuran dalam pentas ketoprak yang tugasnya meramaikan pentas saja, antara lain melalui didupak alias ditendang, ketimbang menjadi pemeran utama.
"Ya demikianlah karena memang diriku yang bukan kyai, bukan tokoh agama dan bukan siapa-siapa, hanya guru kecil di UGM," tuturnya saat dihubungi Kabar-Priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan, Senin 17 Januari 2022.
Baca Juga: Jadwal Sholat untuk Wilayah Priangan Timur dan Sekitarnya, Senin, 17 Januari 2022
Meski demikian, sesuai dengan kiprahnya di PSKP UGM selama ini, Najib berharap bisa memberi sumbangan kecil bagi perwujudan kredo NU dalam memasuki Abad Kedua: Membangun Kemandirian dan Perdamaian Dunia.
Adapun aktivitasnya di FRI terkait dengan NU, ia berharap bisa sedikit banyak memberi sumbangsih dalam bidang kependidikan perguruan tinggi NU.
"Mungkin saya bisa menjadi sekrup kecil yang menyambungkan jam'iyyah besar NU dengan perguruan tinggi di Indonesia maupun di dunia internasional," tuturnya.