Viral Ibu Bunuh Anak di Brebes, Ternyata Karena Depresi. Kenali Tujuh Jenis Depresi yang Perlu Diwaspadai

- 22 Maret 2022, 20:51 WIB
ilustrasi orang yang sedang depresi. Kenali tujuh jenis depresi yang perlu diwaspadai.*
ilustrasi orang yang sedang depresi. Kenali tujuh jenis depresi yang perlu diwaspadai.* /pixabay/

KABAR PRIANGAN – Perilaku sadis seorang ibu di Brebes yang menganiaya tiga anaknya hingga salah satunya tewas langsung menyedot perhatian jutaan orang di negeri ini.

Betapa tidak, ibu warga Brebes ini begitu tega menggorok leher anak-anaknya. Bahkan salah satunya akhirnya tewas seketika, dan dua orang lainnya luka parah.

Diperoleh kabar, perilaku sadis ibu yang tinggal di Brebes ini berperilaku sadis karena mengalami depresi yang cukup berat.

Baca Juga: Jelang Rakernas PBNU di Cipasung Tasikmalaya, Panitia Siapkan 320 Kamar Hotel, Menteri Agama Bakal Hadir

Karena tekanan mental yang cukup kuat sehingga membuatnya depresi, maka si ibu ini kemudian tanpa sadar telah melakukan tindakan yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang ibu.

Pada dasarnya, meski jenisnya cukup banyak, depresi punya satu kesamaan, yaitu gangguan suasana hati yang jauh lebih serius dibanding kesedihan biasa.

Cara agar lebih bisa memahami gangguan kesehatan mental ini, berikut ini jenis depresi yang perlu di waspadai, dikutip dari radiokesehatan.kemkes.go.id.

Baca Juga: Pemberangkatan Ibadah Haji Tahun Ini Belum Ada Kepastian, Kemenag Tasikmalaya Tunggu Informasi dari Pusat

1. Depresi Mayor

Depresi mayor adalah salah satu jenis depresi yang paling umum terdiagnosis. Jenis depresi ini ditandai dengan gejala kesedihan, putus asa, dan kesepian, yang berlangsung selama lebih dari dua minggu.

Gejala depresi ini cukup serius dan berdampak pada kualitas hidup pengidapnya. Beberapa gejalanya adalah tidak nafsu makan, tubuh terasa lemas, dan cenderung menghindar dari orang-orang di sekitar.

Penyebabnya belum diketahui pasti. Namun, jenis depresi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik, gangguan struktur kimia otak, dan trauma psikologis.

Baca Juga: Guru RA di Belakang DPRD Kota Tasikmalaya Terbiasa Berkelit dari Tawon, Akibat Bangunan Telah Lama Rusak

2. Distimia

Distimia adalah jenis depresi yang berlangsung selama dua tahun atau lebih. Namun, tingkat keparahan gejalanya bisa lebih ringan ataupun lebih berat dibanding jenis depresi sebelumnya.

Meski umumnya tidak mengganggu pola aktivitas sehari-hari, distimia dapat memengaruhi kualitas hidup pengidapnya.

Misalnya, menjadi tidak percaya diri, sulit konsentrasi, pola pikir terganggu, dan mudah putus asa. Sama seperti depresi berat, jenis depresi ini juga punya banyak faktor pemicu.

Baca Juga: Asmirandah Keguguran Saat Usia Kandungan 9 Minggu. Kalaupun Janin Berkembang, Bisa Mengidap Down Syndrome

3. Depresi Premenstrual (Premenstrual Dysphoric Disorder/PMDD)

Berkaitan dengan premenstrual syndrome (PMS), depresi premenstrual adalah gangguan suasana hati yang cukup serius, sehingga bisa mengganggu keseimbangan emosi dan perilaku pengidapnya.

Kondisi ini ditandai dengan munculnya rasa sedih, cemas, dan gangguan suasana hati ekstrem, ketika memasuki masa PMS.

4. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah jenis depresi yang ditandai dengan adanya dua suasana hati yang bertolak belakang, yaitu mania dan depresi.

Baca Juga: Ria Ricis Umumkan Kehamilan Anak Pertama, Teuku Wisnu hingga Rossa Beri Ucapan Selamat

Mania ditandai dengan munculnya perilaku atau emosi yang meluap-luap, seperti rasa gembira atau semangat yang membuncah dan tidak bisa dikendalikan.

Sebaliknya, depresi pada gangguan bipolar ditunjukkan dengan rasa tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Kondisi ini bisa membuat pengidapnya mengurung diri di kamar, bicaranya sangat lambat seolah sedang melantur, dan tidak mau makan.

5. Depresi Postpartum

Jenis depresi ini terjadi pada wanita, beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan. Gejala depresi postpartum berdampak pada kesehatan dan ikatan batin antara ibu dan bayinya.

Baca Juga: Amanda Manopo Sentil Syndrome Baby Blues yang Diperankannya di Sinetron Ikatan Cinta Terlalu Dipaksakan

Penyebab utamanya adalah perubahan hormon, yaitu ketika hormon estrogen dan progesteron yang tadinya cukup tinggi pada masa kehamilan menurun secara drastis setelah melahirkan.

6. Gangguan Suasana Hati Musiman (Seasonal Affective Disorder)

Jenis depresi yang satu ini berkaitan dengan musim, tepatnya perubahan waktu pada musim dingin atau musim hujan, yang cenderung lebih pendek dan sangat sedikit sinar matahari.

Jenis depresi ini umumnya akan membaik dengan sendirinya ketika cuaca sudah lebih cerah dan hangat.

Baca Juga: Aksi Mbak Rara Pawang Hujan dan Ritualnya di MotoGP Mandalika Hanya Gimmick Marketing? Simak Penjelasannya

7. Depresi Situasional

Depresi situasional adalah jenis depresi yang tidak menentu. Kondisi ini biasanya ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan pola makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi.

Jika dijelaskan secara sederhana, gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres. Penyebabnya bisa berbeda-beda.

Bisa karena kejadian yang bersifat positif seperti pernikahan atau menyesuaikan tempat kerja yang baru, hingga kehilangan pekerjaan, perceraian, atau perpisahan dengan keluarga dekat.

Baca Juga: Minum Air Rebusan Daun Mangga, Ampuh Turunkan Gejala Diabetes

Itulah jenis depresi yang perlu diketahui dan diwaspadai. Jika kamu merasa mengalaminya, jangan ragu untuk segera mencari bantuan ahli.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x