Masyarakat diminta untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan untuk mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi, serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
Agus menjelaskan bahwa Badan Geologi melalui PVMBG-BPPTKG terus berupaya dalam mitigasi bahaya Gunung Merapi, baik melalui pemantauan, penilaian bahaya, penyebaran informasi, dan sosialisasi aktivitas Gunung Merapi.
Masyarakat juga dihimbau untuk selalu mengikuti informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya dan mengikuti rekomendasi dari Badan Geologi, pemerintah daerah, dan BPBD setempat.
Hingga pukul 18.00 WIB, PVMBG berdasarkan data pengamatan kegempaan mencatat terjadi 29 kali gempa APG, 69 kali gempa guguran, 6 kali gempa hybrid/fase banyak, 3 kali gempa vulkanik dangkal, dan 3 kali gempa vulkanik dalam.
Cuaca di sekitar Gunung Merapi terlihat cerah hingga mendung, dengan angin lemah hingga sedang ke arah barat daya dan barat.
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Hutan Lindung Ranca Upas, Ada Alasan Kenapa Motor Trail Bisa Tenggelam
Sebagaimana diketahui, Badan Geologi melalui PVMBG-BPPTKG telah menetapkan tingkat aktivitas Gunung Merapi menjadi Siaga sejak tanggal 5 November 2020. Gunung Merapi dinyatakan memasuki masa erupsi efusif pada tanggal 4 Januari 2021 yang ditandai dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, guguran, dan awan panas guguran.
Hingga saat ini Gunung Merapi memiliki 2 kubah lava, yaitu kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah. Kedua kubah lava ini apabila longsor secara masif berpotensi menimbulkan awan panas sejauh maksimal 7 km ke arah barat daya dan 5 km ke arah selatan-tenggara.***