"Saya mendengar instruksi pelatih dan pelatih membebaskan saya bermain seperti permainan saya sendiri. Pelatih ngomong kepada saya, ketika ada kesempatan ya sikat, habisin. Makanya ketika ada kesempatan saya habisin lawan," tutur pria kelahiran Bah Pasunsang, Simalungun, 3 Juli 1995 tersebut.
Kiat lainnya, dirinya melakukan pertarungan dengan suasana hati yang nyaman dan enjoy. "Penampilan saya semalam, saya sih bawa enjoy dan membawa lawan ke ranah permainan saya, karena saya dikenal sebagai stand up fighting (pertarungan berdiri) dan lawan juga jago di ground fighting (pertarungan di bawah/di lantai)," ujarnya.
Ia langsung berupaya membawa lawannya mengikuti irama permainannya. "Saya berusaha membawa (lawan) pada permainan saya dan saya coba untuk cari-cari peluang supaya menghabisi lawan. Rupanya ada peluang saya mengeluarkan straight, dan rupanya lawan langsung tumbang, gitu he he," ucap Jeka.
Jeka pun mengatakan sebelum bertarung dirinya tak menghadapi kendala saat menghadapi lawan asal negeri ginseng tersebut. Ia memang sempat mengalami cedera ringan saat berlatih, namun baginya hal itu biasa.
"Hal seperti cedera ringan biasa di kaki dan di tangan, tapi itu tak masalah sih bagi saya, itu tak
ada kata mundur sebelum berperang," ucap Jeka Saragih.*