KABAR PRIANGAN - Semangat klub dan insan sepak bola di Tasikmalaya yang tengah menggebu boleh jadi rungkad saat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan menghentikan senentara Liga 2 dan Liga 3. Selain itu Liga 1 berjalan tanpa ada tim yang degradasi.
Keputusan PSSI tersebut karuan membuat pengelola klub serta asosiasi PSSI di berbagai daerah termasuk di Kota Tasikmalaya yang tengah mangprang menggelorakan upaya pembinaan mulai atlet, pelatih hingga wasit, menjadi lunglai.
Ketua Askot PSSI Kota Tasikmalaya H Wahid misalnya mengaku terkejut ketika mendapat kabar dari PSSI tersebut di media. Apalagi saat ini pihaknya tengah merancang liga antarklub dan antarpelajar/remaja pada tahun 2023 ini setelah mendapat kepercayaan untuk menakhodai biduk organisasi tersebut.
Hal itu direncakan untuk melecut gairah kompetisi dan pembinaan talenta sepak bola di kota santri. Namun setelah ada keputusan itu, ia berpikir ulang dan akan terlebih dulu mengomunikasikannya dengan PSSI.
"Kami akan segera membicarakan agenda ini dan mengonsultasikan dengan PSSI Jabar atau PSSI Pusat terkait model kompetisi ini diperbolehkan atau tidak," kata Wahid, Jumat 13 Januari 2023.
Wahid berharap apa pun keputusan yang dipilih ada hikmah serta tetap ada opsi brilian agar upaya pembinaan atau penjaringan potensi talenta sepak bola tetap terasah dalam format kompetisi, meskipun dalam skala kecil.
Bagaimana pun, menurutnya, kompetisi harus tetap berjalan alias jangan dibiarkan vakum kendati motivasi para pemain, pengelola klub dan lainnya boleh jadi akan turun dengan adanya kebijakan yang boleh jadi mengecewakan insan sepak bola di Tanah Air.