Pertama di Indonesia. SMAN 1 Jatiwaras Dirikan Museum Sekolah. Ada Telepon Koin, Kaset Pita, Hingga Alat Dapur

3 November 2021, 13:22 WIB
Kepala SMAN 1 Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Dr. Hj. Lely Qodar, M.Pd., berfoto dekat beberapa benda yang dipajang di Museum Sekolah di SMA yang dipimpinnya.* /kabar-priangan.com/Nazarudin Azhar/

KABAR PRIANGAN – Memasuki gerbang kampus SMA Negeri 1 Jatiwaras, Jalan Raya Papayan, Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, kita akan disambut dengan tulisan di dinding sekolah, tepat menghadap gerbang: Museum Sekolah SMAN 1 Jatiwaras.

Museum? Benar. Ini adalah museum yang sejauh ini merupakan yang pertama didirikan oleh pihak sekolah di Indonesia.

Di sekolah tempat kurang lebih seribu pelajar menuntut ilmu ini, memang ada sebuah museum yang menampilkan beragam barang yang dulu pernah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari.

Baca Juga: Tebing Longsor Timpa Asrama Santri di Pondok Pesantren Sabilunajat. Tiga Bangunan Ambruk

Seperti pesawat telefon koin, televisi tabung berkotak kayu, layar monitor jadul, kaset pita, disket, sampai alat-alat dapur.

Benda-benda antik itu disimpan di kotak-kotak kaca yang dipasang berjejer di koridor sekolah.

Piyan Sopian, M.Pd., guru seni budaya SMAN 1 Jatiwaras bercerita ikhwal pendirian museum ini.

Baca Juga: Persib Bandung Akan Ditantang Persela Lamongan. Simak Jadwal BRI Liga 1 2021/2022 Pekan ke-11

“Museum ini dibangun sebagai upaya agar para siswa mengenal kehidupan masyarakat di masa lalu, melalui benda-benda yang dulu pernah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat,” ujar Piyan, Rabu, 3 November 2021.

Ia bersama kepala sekolah menggagas pendirian museum ini dan mendapat dukungan penuh dari guru lainnya.

Meski jumlah benda yang ditampilkan dirasanya masih kurang, tapi keberadaan museum ini kini sudah mulai terasa manfaatnya.

Baca Juga: Marc Marquez Cedera Kepala Saat Latihan, Memaksanya Absen di MotoGP Pekan Ini. Instagramnya Banjir Dukungan

“Anak-anak jadi tahu barang-barang yang dipakai oleh kakek-neneknya dulu,” ujar guru yang juga pelukis ini yang sekarang didapuk sebagai Kepala Museum SMAN 1 Jatiwaras.

Pihak sekolah mulai mendirikan museum ini awal 2020. Tapi pandemi Covid-19 membuat proses penataan dan penambahan koleksi jadi tersendat.

Ketika pandemi melandai dan pembelajaran tatap muka kembali diberlakukan, Piyan mengaku sempat kewalahan menerima pertanyaan dari para murid yang penasaran.

Baca Juga: Seakan Pertanda Bahwa Hidupnya Tak Lama Lagi, Hanna Kirana Tulis Pesan Ini Pada Sang Kekasih

Mereka menanyakan fungsi dari benda-benda yang di mata mereka asing, seperti disket, petromaks, kaset pita, atau brankas tempat menyimpan uang atau barang berharga.

“Kami memang belum melengkapinya dengan keterangan. Nanti tentu akan diberi keterangan lengkap tentang barang yang ditampilkan sambil terus menambah koleksi dan memilah barang sesuai zona, ada zona sejarah, zona pendidikan, zona kearifan lokal, dll,” katanya.

Dr. Hj. Lely Qodar, M.Pd., Kepala SMAN 1 Jatiwaras mengatakan, bahwa keberadaan museum sekolah ini bisa menunjang pembelajaran sekaligus wisata edukasi bagi para pelajar.

Baca Juga: Greenpeace Minta Presiden Joko Widodo Menyadari COP26 Menentukan Keberlanjutan Kemanusiaan

“Museum ini sebagai salah satu media strategis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA kami. Para murid bisa mempelajari sejarah yang paling dekat dengan mereka, yaitu kehidupan orang-orang tua mereka,” ujarnya.

Bagi generasi Z, telefon koin saja bisa berkisah banyak tentang bagaimana komunikasi jarak jauh dilakukan sebelum ada perangkat telefon genggam. Demikian juga dengan benda lannya yang kini sudah tidak dipakai lagi dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk pengumpulan barang-barangnya, Hj. Lely menuturkan, didapat dengan berbagai upaya. Ada hasil membeli, sumbangan dari guru.

Baca Juga: Ini Alasan Aksi Joker Jepang Melukai 17 Penumpang Kereta di Tokyo

Bahkan Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII, Dr. Abur Mustikawanto, M. Ed., turut menyumbang barang.

Hj. Lely sendiri menyumbangkan beberapa barang yang didapat dari keluarga besarnya.

Untuk tempat penyimpanan koleksi museum, Hj. Lely mengaku masih berupaya agar kelak ada ruangan khusus.

Baca Juga: Diduga Rugikan Uang Negara Rp 229 Juta dari Setoran PBB, Seorang ASN Pemkot Banjar Terancam 20 Tahun Penjara

“Di sini kami memang masih kekurangan ruangan.  Kami terus berupaya menyiasati dengan lahan yang ada. Mudah-mudahan ke depan bisa membangun beberapa ruang lagi, antara lain untuk museum ini,” ujarnya.

Menurut Hj. Lely, museum ini akan dibuka secara resmi beberapa waktu yang akan datang. “Rencananya kelak museum ini akan dibuka juga untuk umum sebagai wisata edukasi,” imbuhnya.

Selain mendirikan museum, SMAN 1 Jatiwaras pun terus memacu gairah literasi para siswa dan guru.

Baca Juga: Braderjon Konsisten Kampanyekan Pete-pete

Saat memperingati Bulan Bahasa, 28 Oktober 2021, di sekolah ini diluncurkan dua buku antologi, yakni antologi puisi berjudul “Kesadaran akan Perubahan”, dan antologi cerpen berjudul “Waktu Luangku jadi Peluangku”, yang memuat karya para siswa dan guru.

Hadir pada acara peluncuran Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII, Dr. Abur Mustikawanto, M. Ed., yang membawahi SMA, SMK, dan SLB se-Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.

Dr. Abur menyampaikan apresiasinya atas diluncurkannya dua antologi ini. “Kehadiran antologi ini menjadi bukti bahwa kreativitas guru dan siswa SMAN 1 Jatiwaras masih terjaga dengan baik,” katanya.

Baca Juga: Teror Begal Pantat di Singaparna Masih Membuat Resah, Polisi Mulai Periksa Sejumlah Saksi

Mereka, kata dia, mampu menunaikan tugas kreatifnya sebagai pendidik dan pelajar. “Yaitu berkarya dan mempertanggungjawabkan karyanya kepada masyarakat,” ujarnya.

Acara peluncuran juga diisi dengan workshop menghadirkan sastrawan Nazarudin Azhar sebagai pembicara.(Nunaz)***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler