Edukasi Mitigasi Konflik dan Penanganan Ular Berbisa Diikuti OSIS dan Napak Rimba SMAN 2 Tasikmalaya

5 Oktober 2022, 10:34 WIB
Diki Muhamad Chaidir, M.Pd, (pegang mik) berbicara pada acara bertajukEdukasi, Mitigasi, dan Penanganan “Venomous Snakebites”.* /kabar-priangan.com/Irman S/

KABAR PRIANGAN - Edukasi terhadap pengenalan, mitigasi konflik dan penanganan ular berbisa sangat penting dilakukan. Mitos buruk yang masih berkembang di Indonesia sampai sekarang ini mengenai ular juga membuat penanganan kasus gigitan ular masih rendah dan belum jadi prioritas.

Untuk itu pendidikan terhadap masyarakat tentang ular dan gigitan ular sangat disarankan sebagai metode peningkatan pemahaman guna mencegah terjadinya gigitan ular dan dampak buruk dari gigitan ular.

"Gigitan ular dapat menjadi masalah dan mengancam hidup manusia. Bisa ular mampu mengganggu fungsi pernapasan, menyebabkan gangguan perdarahan, fungsi ginjal, serta merusak jaringan lokal yang menyebabkan terjadinya disabilitas permanen dan amputasi," kata Diki Muhamad Chaidir, M.Pd, Ketua Pelaksana program Edukasi, Mitigasi, dan Penanganan “Venomous Snakebites” (Gigitan Ular Berbisa) pada Guru Biologi dan Peserta Didik Tingkat SMA se-Kota Tasikmalaya di Aula SMAN 2 Tasikmalaya, Sabtu 1 Oktober 2022.

Baca Juga: Tarawangsa Didaftarkan ke UNESCO Sebagai Warisan Seni Asal Sumedang

Kegiatan yang diinisiasi Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi itu diikuti Guru Biologi tingkat SMA yang ada di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, Pembina kegiatan ekstrakurikuler yang ada di lingkungan SMAN 2 Tasikmalaya dan Siswa SMAN 2 Tasikmalaya yang terdiri dari unsur pengurus OSIS dan Napak Rimba (ekskul pecinta alam SMAN 2 Tasikmalaya).

Menurut Diki, di Indonesia ular merupakan salah satu jenis reptile yang jumlahnya tergolong banyak yaitu 600 jenis dari 7.427 jenis reptil yang terdapat di dunia dan tingkat endemisitasnya tinggi yakni 150 jenis.

Jumlah jenis ular yang tinggi berbanding lurus dengan kasus gigitan ular yang terjadi. Diperkirakan kasus gigitan ular per kota sebanyak 150 kasus dan secara nasional sebanyak 135.000 kasus.

Baca Juga: Ngeri! Ratusan Anak dan Remaja di Sumedang Hamil Muda, Disembunyikan Karena Malu dan Aib

Hanya jumlah akurat kasus gigitan ular sulit diketahui akibat kesalahan pelaporan yang terjadi. Meskipun langka, beberapa negara telah melakukan studi untuk mengidentifikasi insidensi, morbiditas dan mortalitas kasus gigitan ular. Indonesia adalah salah satu negara tropis terbesar yang memiliki kasus gigitan ular yang cukup tinggi.

Namun demikian data epidemiologi nasional tidak tersedia, data yang diperoleh hanya berdasarkan laporan rumah sakit. Meskipun demikian, pemerintah dan komunitas kesehatan masyarakat di Indonesia masih menaruh perhatian yang sedikit mengenai masalah ini.

Hal ini dapat dilihat dari kurangnya laporan epidemiologi, program kontrol, dan pedoman nasional manajemen gigitan ular di Indonesia.

Baca Juga: LIVE Timnas Indonesia vs Uni Emirat Arab Malam Ini di Indosiar. Ini Jadwal Acara Indosiar Rabu 5 Oktober 2022

"Kurangnya informasi gigitan ular merefleksikan bahwa gigitan ular menjadi salah satu penyakit tropis yang diabaikan di Indonesia. Akibat risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan, gigitan ular patut ditanggapi dengan serius," ujar Diki yang didampingi Dr. Diana Hernawati, M.Pd, Rinaldi Rizal Putra, M.Sc, Vita Meylani, M.Sc, Asep Yudi Supriatna, S.Pd, Ari Hardian, S.Pd.

Upaya untuk mengurangi jumlah kasus dan kematian akibat gigitan ular di dunia telah dikembangkan dalam sebuah strategi global oleh WHO yang bertujuan untuk mendorong komunitas untuk mencegah kasus gigitan ular, memperkuat sistem kesehatan untuk hasil yang lebih baik, dan menjamin penatalaksanaan yang tepat, aman, dan efektif.

Ketepatan pertolongan pertama, serta tatalaksana komprehensif dari setiap kasus gigitan ular diperlukan untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan. Manajemen gigitan ular membutuhkan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif dari segala komponen yang terkait.

Baca Juga: PSGC Berada di Grup E Bersama Persipasi. Kick Off Babak Delapan Besar Liga 3 Seri 1 Jawa Barat Digelar Jumat

Untuk itu pendidikan terhadap masyarakat tentang ular dan gigitan ular sangat disarankan sebagai metode peningkatan pemahaman guna mencegah terjadinya gigitan ular dan dampak buruk dari gigitan ular.

Pendidikan tersebut dapat dilaksanakan melalui suatu program edukasi. Edukasi meliputi pengubahan sikap seseorang. Kegiatan edukasi perlu dilakukan sehingga kelompok masyarakat mengerti sampai sejauh mana seharusnya mereka bertindak dalam hal mitigasi dan penanganan akibat gigitan ular.

Oleh karena itu, berdasarkan analisis situasi yang telah dilakukan di kelompok masyarakat pecinta Reptil khususnya ular dan anak sekolah, penting dilakukan kegiatan pengabdian dengan memberikan edukasi terkait mitigasi, konflik dan penanganan terhadap ular.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler