Tati Narwati Tertarik Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus, Kadang Siswa Autis Menjadi Guru Baginya

- 30 April 2021, 04:09 WIB
Tati Narwati, S,Pd. guru Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) B Garut
Tati Narwati, S,Pd. guru Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) B Garut /kabar-priangan.com/ Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Tati Narwati sebenarnya bukan nama baru di dunia pendididkan di Kabupaten Garut. Wanita kelahiran 25 Mei 1965 ini namanya sempat tercatat sebagai penerima penghargaan pada beberapa moment penting baik di tingkat lokal maupun nasional.

Namun demikian masih banyak yang belum mengetahui suka duka yang ia rasakan selama menjadi guru siswa dengan kebutuhan khusus.

Begitu juga dengan alasan kenapa dirinya lebih tertarik untuk mendidik anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) ketimbang menjadi guru di sekolah biasa.

"Sejak awal saya memang sudah bercita-cita ingin menjadi guru karena ibu dan ayah saya juga guru. Namun hati saya lebih terpanggil untuk menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus karena saya begitu simpati dan prihatin dengan mereka," ujar Tati saat ditemui di sekolah tempatnya mengajar, Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) B Garut, di Jalan Rumah Sakit Umum Garut, Kecamatan tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis 29 April 2021.

Baca Juga: Terkait Kebijakan Mudik Santri, Pemkab Garut Tunggu Intruksi Pusat

Dengan alasan itulah, setamatnya dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru) pada tahun 1984, Tati memilih masuk ke SGPLB (Sekolah Pendidikan Guru Luar Biasa).

Kemudian lulus dari SPGLB, Tati memilih untuk menjadi honorer di SLB CYKB Garut yang saat itu masih berlokasi di kawasan Tutugan, Kecamatan Leles.

Dua tahun menjadi guru honorer, nasib baik menghampiri Tati. Pada 1988 ia lolos menjadi PNS.

Sambil terus mengajar anak-anak berkebutuhan khusus, Tati pun memanfaatkan waktu luang dengan meneruskan kuliah di IKIP dan lulus pada tahun 1995 sehingga sejak saat itu ia menyandang gelar sarjana pendidikan.

Meski sempat mendapatkan tawaran untuk pindah mengajar, akan tetapi diakui Tati, dirinya tetap memilih untuk terus mengajar di SLB yng sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.

Baca Juga: Bupati Garut Ajak Masyarakat Jadikan Al Quran Sebagai Pedoman Hidup

Selama ini ia sering merasa prihatin jika melihat anak-anak berkebutuhan khusus sehingga muncul keinginan kuat untuk membantu memberikan sesuatu yang sangat berguna bagi mereka, salah satunya memberikan ilmu.

Saat itu Tati melihat anak-anak berkebutuhan khusus seringkali diabaikan di masyarakat atau tidak dilihat dengan sebelah mata, bahkan kadang juga dikucilkan orang tuanya.

Padahal anak berkebutuhan khusus juga memerlukan perhatian dari msyarakat dan kelurganya dan apa yang mereka alami bukan merupakan keinginan mereka akan tetapi sudah takdir.

Menurutnya, menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus juga merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bagi dirinya karena tentunya tidak semua guru ataupun orang tua mempunyai kemampuan untuk mengurus atau mendidik mereka.

Baca Juga: Posko Pengaduan THR Kota Banjar Masih Nihil Pengaduan, Jika Perlu Catat Nomor Ini: (065)7549941

Guru atau orang tua yang berkesempatan mendidik anak berkebutuhan khusus dinilainya sebuah pilihan yang sangat istimewa dari Alloh karena tidak semua orang bisa melakukannya.

"Bagi saya, bisa mendidik anak berkebutuhan khusus itu merupakan sebuah keistimewaan dan kelebihan yang diberikan Alloh mengingat tidak semua orang bisa melakukannya. Hal inilah yang menjadi salah satu motivasi saya untuk menjadi guru bagi anak-anak berkebutuhan khusus," kata putri dari pasangan Suhli dan Sukaesih ini.

Ia menilai, jika dilihat secara sepintas, anak berkebutuhan khusus itu akan sangat sulit untuk dididik atau diarahkan karena keterbatasan yang mereka miliki baik dari segi pikiran, emosi, dan perilaku sehingga sering dianggap meresahkan masyarakat.

Padahal jika sudah digali potensinya, kelemahnnya itu justeru akan menjadi kelebihannya yang sangat istimewa dan tidak dimiliki anak lainnya.

Baca Juga: Ponpes di Tasikmalaya Berangsur Pulangkan Ribuan Santri

Bimbingan atau didikan yang diberikan secara tulus dari lubuk hati yang paling dalam, tutur Tati, dipercayai bisa diterima dengan baik oleh anak berkebutuhan khusus sehingga karakter mereka pun pada akhirnya bisa dibentuk dengan baik.

Siswa Autis Menjadi Guru Baginya

Diakui Tati, bagi dirinya anak-anak berkebutuhan khusus itu tidak hanya menjadi siswa yang harus mendapatkan bimbingan dan pendidikan tapi kadang juga dijadikan sebagai guru.

Hal ini dikarenakan bermacam-macamnya karakter anak berkebutuhan khusus yang selama ini ditanganinya sehingga membuat dirinya harus selalu belajar dan belajar sehingga ia kadang menganggap siswanya menjadi guru yang secara tak langsung terus memberikan ilmu yang baru bagi dirinya.

"Bagi saya, anak autis yang menjadi siswa saya itu sendiri justru yang selama ini menjadi guru utama saya. Selama ini saya sudah banyak belajar dari mereka tentang apa yang harus saya lakukan dalam memberikan pendidikan dan membimbing serta membentuk karakter mereka," ucapnya.

Tati juga menyebutkan, tantangan untuk guru SLB saat ini lebih besar dibanding sebelumnya.

Baca Juga: Wabup Pangandaran Sedekahkan Gajinya untuk Masyarakat Tak Mampu

Hal ini dikarenakan dulu seorang guru SLB tunagrahita tidak bisa mengajar anak berkebutuhan khusus lainnya akan tetapi sekarang seorang guru SLB harus bisa mengajar seluruh anak berkebutuhan khusus dengan berbagai karakter.

Selain mendidik di dalam kelas, diakui Tati, selama ini dirinya juga aktif memberikan bimbingan ekstra kulikuler bagi anak-anak berkebutuhan khusus, salah satunya Pramuka.

Peserta didiknya pun bermacam-macam mulai dari penderita tunarungu, tunagrahita, tunanetra, tunadaksa dan dirinya dipercaya menjadi pembimbingnya untuk tingkat Jawa Barat.

"Alhamdulillah pada ajang Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Pramuka tingkat nasional, anak-anak bimbingan saya berhasil meraih prestasi dan saya mendapatkan penghargaa kategori pendamping tergiat. Kebetulan saat itu saya mendapat kepercayaan untuk membimbing anak-anak berkebutuhan khusus tingkat Jawa Barat," ucap warga Perum Abdi Negara, Kecamatan Karangpawitan ini.

Baca Juga: Cegah Pemudik, Polres Garut Siapkan 12 Titik Penyekatan

Untuk tingkat Kabupaten Garut, Tati juga pernah mendapatkan penghargaan dari Bupati Garut Rudy Gunawan sebagai Perempuan Pemerhati Disabilitas.

Penghargaan tersebut diberikan bupati pada upacara peringatan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2020 lalu.

Uniknya lagi, meski sudah dianggap berprestasi dan berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan, Tati menolak ketika oleh kepala sekolahnya dianjurkan untuk ikut seleksi calon kepala sekolah.

Ia mengaku sama sekali tak berobsesi untuk menjadi kepala sekolah karena lebih ingin terus menjadi guru agar bisa terus bersama dengan anak-anak didiknya.

"Saya merasa lebih dibutuhkan oleh anak-anak untuk menjadi guru dari pada kepala sekolah. Saya lebih senang untuk terjun langsung mendampingi anak, bukan menjadi pimpinan di sekolah," kata Tati.***

 

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah