"Kalau dipaksakan ini sangat berdampak bagi kondusifitas di internal kampus itu sendiri. Jadi karena masih banyak potensi di internal kampus, maka kawan-kawan alumni berasumsi kita tidak membutuhkan tenaga tambahan dari luar,” kata Rifki Rifki Andrehansyah, Wakil Ketua BEM Unsil periode 2019 saat melakukan pertemuan, hari Minggu lalu.
Kecuali, kata dia, jika di internal Unsil tidak ada yang siap untuk dicalonkan menjadi rektor, maka masuknya calon dari luar tak menjadi masalah.
Baca Juga: Tiga Bakal Calon Rektor Unsil Ambil Formulir. Dr. Nundang Diantar oleh Tiga Balon Rektor
Hanya yang pasti, dalam pertemuan yang juga diikuti Mantan Presma BEM Unsil 2008 Hilma Fanniar Rohman, S.E dkk itu, ia mengajak siapapun yang terpilih diharapkan tetap menjaga nama baik Unsil sebagai kampus perjuangan yang jauh dari dari kepentingan politik praktis.
Mereka menyadari bukan sebagai pemilik suara, tetapi dukungan moril dari alumni untuk almamater tercintanya akan terus diberikan.
Mereka juga mengapresiasi keberanian dan potensi kader internal yang sudah mengambil formulir pendaftaran. "Potensi-potensi yang ada di internal kampus ini mesti kita dukung secara moril," ujarnya.
Di lain pihak, mereka yang pro dengan balon dari eksternal mengatakan bahwa saat ini Unsil sudah menjadi Universitas Negeri. Artinya, Unsil menjadi universitas yang terbuka bagi siapapun, termasuk dalam hal pemilihan rektor.
Justru jika calon rektor yang didatangkan dari luar ini sudah sekaliber tingkat internasional, Unsil malah akan diuntungkan. “Karena peluang Unsil lebih maju dari sekarang, semakin terbuka lebar,” kata salah seorang dosen Unsil.
Contohnya, kata dia, saat ini untuk membuka fakultas baru, seperti Fakultas Hukum atau Kedokteran, Unsil sangat kesulitan.