Distribusi Pakai Layanan Pengiriman Logistik, Strategi Pabrik Tahu Bulat Melati di Tasikmalaya Lewati Pandemi

20 Mei 2023, 20:08 WIB
Para pekerja perempuan sedang mengepak tahu bulat di pabrik Tahu Bulat Melati Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya, Kamis 18 Mei 2023.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara /

KABAR PRIANGAN - JNE merupakan salah satu perusahaan ekspedisi yang sudah lama berkiprah dalam layanan pengiriman logistik. Ini tahun ke-32 bagi perusahaan yang memiliki 8.000 unit kantor cabang tersebar di seluruh wilayah Indonesia tersebut.

Puncak perayaan ulang tahun ke-32 JNE telah dilaksanakan pada November 2022. Perusahaan itu memberikan banyak program yang dapat menguntungkan para pengguna layanan dan karyawannya. Salah satunya diskon ongkos kirim pengiriman.

JNE memberikan diskon sebesar 32 persen untuk pengiriman reguler ke seluruh wilayah Indonesia. Perusahaan yang dipercaya oleh TNI Angkatan Darat untuk menangani dan mengirimkan dokumen serta surat dinas itu, juga memberikan voucher Rp 32.000 untuk loyalis yang memiliki kartu member.

Baca Juga: Hari Ini Ngarak Pataka Sambut Hari Jadi Ciamis Tiba di Tambaksari, Diwarnai Hiburan Band hingga Wayang Golek

Tentunya itu merupakan hal menyenangkan bagi para pelanggan yang notabene merupakan pelaku usaha jual beli online baik usaha mikro, kecil, dan menengah. Apalagi di tengah masa pandemi Covid 19.

Seperti yang dialami oleh pemilik Pabrik Tahu Bulat Melati, Tasikmalaya, Cucu Rusmayanti. Teh Ucu, nama panggilannya, menceritakan pengalamannya ketika awalnya kesulitan untuk mendistribusikan atau melakukan pengiriman tahu bulat dari pabriknya ke para mitra dan agen di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada masa pandemi Covid 19.

Para pekerja laki-laki mengolah dan mencetak tahu bulat dengan menggunakan mesin.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Ia memulai bisnis pabrik tahu bulat sejak tahun 2010. Pabrik itu terletak persis di samping rumahnya di Jalan Cisalak, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Mulanya, ia tertarik membuat usaha pabrik tahu bulat karena melihat salah satu temannya sukses dengan bisnis tersebut.

Baca Juga: 25 Warga Usia Produktif Ikuti Pelatihan Budidaya Ikan Nila di Baregbeg Ciamis, Bakal Berlangsung 10 Hari

Namun karena berbagai pertimbangan, diantaranya soal ekologi yaitu pembuangan limbah dan bau yang tak sedap dari pengolahan kacang kedelai yang dapat menggangu ketenteraman masyarakat serta untuk efisiensi, pabrik milik Teh Ucu hanya membumbui, mencetak, dan mengemas tahu bulat.

Sementara bahan baku berupa kacang kedelai yang telah digiling dan difermentasi, dibeli dari pabrik lain yang berada di Kabupaten Ciamis.

Proses pengepresan, membumbui, dan pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin dan dikerjakan oleh kurang lebih 10 orang pekerja laki-laki. "Pengepakan dilakukan secara manual dan dikerjakan oleh kurang lebih 10 orang perempuan. Semua pekerja di Pabrik Tahu Bulat Melati merupakan warga sekitar," ujarnya kepada kabar-priangan.com, Kamis, 18 Mei 2023.

Baca Juga: Warga Bungah Dijamu Makan Gratis dan Uang Saku, Kegalauan Ditutupnya Jembatan Parungsari Banjar Terobati

Hal itu sengaja dilakukan oleh Teh Ucu untuk berbagi rezeki dengan masyarakat sekitar, meski sebetulnya upah yang diberikan tidak seberapa. Namun ia berharap uang yang sedikit itu bisa menjadi berkah untuk semua yang terlibat.

Besar upah yang diterima oleh para pekerja berdasarkan jumlah order atau pesanan dari mitra atau agen yang bekerjasama dengan pabrik milik Teh Ucu. Dalam sehari rata-rata pabrik menghasilkan 70.000 butir tahu bulat dan dikirim ke wilayah Jabodetabek.

Cucu Rusmayanti (Teh Ucu) pemilik Pabrik Tahu Bulat Melati.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Tahu dibagi menjadi dua jenis yaitu Tahu Bulat Mini dijual dengan harga Rp 10.000 per bungkus, setiap bungkus isi 50 butir. Adapun Tahu Bulat Jumbo dijual dengan harga Rp 10.000 per tiga bungkus, dengan isi 10 butir per bungkus.

Baca Juga: Prediksi Skor Man City vs Chelsea di Liga Inggris: Link Live Streaming, Head to Head dan Line Up Pemain

Dalam sehari, khususnya para pekerja perempuan yang merupakan ibu rumah tangga berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang sudah memiliki cicit, bisa mengepak 50 hingga 80 baskom tahu bulat yang dikerjakan oleh rata-rata 10 orang perempuan.

Satu baskom dihargai Rp 2.000. Jika mengerjakan 50-80 baskom tahu bulat, berarti jumlah upah yang harus dikeluarkan adalah Rp 100.000-Rp 160.000 perhari, dibagi 10 orang pekerja. Dalam satu minggu, dengan tujuh hari kerja, para pekerja perempuan diupah sekitar Rp 70.000-Rp 112.000. Sistem upah ini disebut borongan oleh para pekerja tersebut.

Salah seorang pekerja perempuan, Ade (45), sudah lama bekerja di pabrik tahu tersebut. Ia mengaku penghasilan dari pekerjaan itu memang tidak besar. Tapi ia butuh uang untuk membiayai kehidupan keluarganya.

Baca Juga: Pilkada Kota Tasikmalaya 2024 Kian Dekat, Pertemuan Antar-Kandidat Wali Kota Mulai Sering Hiasi Media Sosial

Selain itu, pekerjaan mengepak tahu terbilang mudah. Hanya memasukan tahu ke dalam plastik, tak butuh tenaga yang besar. Jam operasionalnya pun fleksibel, tergantung pada banyaknya pesanan. Sehingga Ade bisa berjualan makanan ringan keliling kampung disela-sela waktu bekerja.

“Pan tahu teh diangin-angin heula memeh dibungkusan. Jadi mun jam 10 mungkus, beres misalna jam 12, terus engke mungkus deui sore, kumaha seueurna orderan eta mah (Kan tahu harus diangin-anginkan dulu sebelum dibungkus. Jadi kalau jam 10 pagi membungkus, selesai misalnya jam 12 siang, lalu nanti bungkus lagi sore, bagaimana banyaknya pesanan, Red)” kata Ade.

Tak hanya Ade, sejumlah pekerja perempuan lain juga melakukan hal yang sama untuk menambah pendapatan. Tapi ada pula yang pulang ke rumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, lalu akan kembali lagi pada sore hari untuk mengepak tahu.

Baca Juga: Prediksi Skor Atletico Madrid vs Osasuna di Liga Spanyol: Link Live Streaming, Head to Head dan Line Up Pemain

Perjuangan para pekerja dalam mengumpulkan pundi-pundi rupiah tersebut semakin diuji ketika Covid 19 mewabah dan menjadi pandemi. Mulanya pemerintah meliburkan segala bentuk kegiatan masyarakat selama 14 hari pada Maret 2020. Lalu memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dengan menutup sekolah, kantor-kantor, fasilitas umum, dan seluruh kegiatan sosial. Banyak sahabat, kerabat, dan keluarga yang direngut nyawanya akibat infeksi virus Sarscov 2 itu.

Kondisi itu tak hanya mengancam keselamatan jiwa, namun juga kondisi perekonomian negara, terutama pelaku usaha kecil dengan modal yang kecil pula. Tempat-tempat wisata ditutup, penjual tahu bulat tak bisa jualan di sana. Kompleks perumahan dijaga ketat, tahu bulat yang digoreng dadakan limaratusan dengan mobil pick up juga tidak bisa masuk ke sana. Di sekolah apalagi, mereka lebih dulu diliburkan. Para penjual tahu bulat pun akhirnya ikut libur berjualan.

Tahu bulat jumbo (atas) dan tahu bulat mini (bawah).*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Kontan, Pabrik Tahu Bulat Melati milik Teh Ucu tidak mendapat pesanan seperti biasanya. Kalau pun ada, tak seberapa, hanya sekitar 30 persen dari jumlah biasa. Jelas hal itu mempengaruhi jumlah upah yang dibayar dengan cara borongan tersebut. "Jika sebelum pandemi pabrik itu menghasilkan 50-80 baskom tahu yang harus dipak oleh para pekerja perempuan, di masa pandemi mereka hanya bertugas mengepak 20 baskom," tutur Teh Ucu.

Baca Juga: Jamil, Manusia Super dari Cidolog Ciamis yang Kebal Listrik,

Teh Ucu pun tak dapat berbuat banyak. Ia menyadari bahwa tak hanya dirinya yang terdampak tapi juga seluruh masyarakat, bahkan dunia. Ia serahkan kepada para pekerja untuk memutuskan, apakah akan terus bekerja dengan upah yang sangat minim, atau mau mengambil libur. “Kasihan kan mereka juga butuh penghasilan,” kata Teh Ucu.

Teh Ucu dikenal ramah dan bermasyarakat. Ia bahkan kerap mengobrol dan makan bersama para pekerja di teras belakang rumahnya. “Saya hanya berharap semoga keadaan terus membaik dan orderan akan ramai lagi, sehingga para pekerja pun bisa mendapat penghasilan yang lebih baik,” kata Teh Ucu saat mengenang kembali keadaan saat pandemi.

Selain itu, Teh Ucu juga harus memutar otak untuk mengantarkan pesanan tahu bulat kepada para mitra dan agen di wilayah Jabodetabek. Biasanya ia menitipkan paket tahu bulat ke armada bus yang memiliki rute di daerah tersebut. Tapi ketika PPKM, armada bus itu tidak beroperasi.

Baca Juga: Banyak Peternak Mengeluh Sapinya Terjangkit LSD, Dinas Pertanian Pangandaran Ajukan 10 Ribu Dosis Vaksin

Beruntung Teh Ucu menemukan layanan JNE Trucking, yang dapat mengantarkan paket dengan berat diatas 10 kilogram. Layanan tersebut juga memiliki biaya ongkos kirim yang lebih murah dari pengiriman reguler. Hal itu membuat Teh Ucu bisa sedikit bernafas lega.

Ibarat oase di tengah padang gurun, JNE Trucking menjadi solusi bagi Teh Ucu. Selain itu, ia juga mendapat beberapa diskon dari perayaan ulang tahun JNE ke-31 dan 32, sehingga biaya distribusi bisa sedikit ditekan.

Keuntungan lain yang didapat oleh Teh Ucu, jika biasanya pengiriman dilakukan dengan armada bus, paket harus dijemput atau diambil oleh mitra atau agen ke PO atau terminal bus, sementara dengan layanan JNE, paket bisa langsung sampai ke tangan mitra atau agen.

Baca Juga: Bupati Garut Tegur Keras Seorang Kades Terkait Beredarnya Foto dan Video Tak Senonoh

Adanya sistem tracking JNE juga memudahkan Teh Ucu dan mitra atau agen mendeteksi keberadaan paket. Karena tahu bulat buatan pabriknya tidak menggunakan bahan pengawet, maka makanan tersebut mudah basi jika tidak cepat diolah, sehingga pengiriman barang harus segera.

Teh Ucu bersyukur bisa menemukan layanan JNE Trucking pada masa sulit tersebut. Panggilan Ksatria dan Srikandi untuk para pekerja JNE memang sesuai dengan kenyataan. Mereka mau bertaruh nyawa untuk mempertemukan pedagang dan pembeli dan meringkas jarak, di tengah intaian virus berbentuk mahkota itu.

Teh Ucu dan para pekerja Pabrik Tahu Bulat Melati pun bisa sedikit tersenyum di tengah gempuran ekonomi pada masa pandemi Covid 19. Meski omset menurun drastis, setidaknya pabrik itu tidak berhenti total dan bisa memberi rezeki bagi masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Praja IPDN Ikuti Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara ke XLIII di Sumbar

Dengan JNE, Teh Ucu dan pabrik Tahu Bulat Melati bertahan dan bangkit. Kini setelah WHO atau Badan Kesehatan Dunia resmi mencopot status pandemi Covid 19, Teh Ucu berharap pabrik tahunya akan kembali berjaya dan mendapat order yang banyak, jika bisa lebih dari sebelum pandemi.

Meski nampaknya hal itu akan sulit, karena harga bahan baku yang naik, dan banyaknya pesaing baru yang bermunculan. Tapi Teh Ucu yakin Allah Swt akan memberikan rezeki bagi orang-orang yang mau berusaha dan berdoa, apalagi di pabrik itu ada banyak orang yang mengantungkan nasibnya.

Ia pun melakukan beberapa usaha ekstra agar kembali bangkit dan mampu bersaing. Diantaranya dengan menjaga kualitas tahu bulat buatanya, menyesuaikan ukuran tahu dengan daya beli masyarakat. Hal ini berkaitan dengan harga bahan baku yang naik, tapi ia tidak menaikkan harga jual.

Baca Juga: Pemanfaatan Aset Milik Pemkab di Wilayah Kota Tasikmalaya, Hidayat Muslim: Asas Manfaatnya Harus Terlihat

Menambah jumlah kerja sama dan jangkauan mitra atau agen. Di daerah Jabodetabek, kini tahu bulat tak hanya dijajakan dengan mobil pickap, tapi juga gerobak dorong yang bisa masuk ke dalam gang-gang. Sehingga jangkauan pasar lebih luas. Beberapa agen juga memasarkan tahu bulat ke pasar, meski tak sebanyak jumlah pasokan ke agen atau mitra yang berjualan langsung, setidaknya sistem pemasaran ini bisa menambah pemasukan.

Teh Ucu juga tengah mempersiapkan tim pemasaran yang bergerak di pasar digital agar bisa dijangkau oleh lebih banyak pembeli. Namun saat ini pihaknya hanya menyediakan paket grosir dengan berat di atas 5 Kg untuk memudahkan pengepakan dan pengiriman. “Kalau sedikit-sedikit teh renced (tidak efektif-Red), kasihan yang ngebungkus dan mengirimnya,” tutur Teh Ucu.

Karena itulah, Pabrik Tahu Bulat Melati harus membuat sistem packing yang lebih rapi dan aman agar tahu tidak terkontaminasi dan hancur saat pengiriman. Selain itu tahu juga harus kedap udara agar tidak mudah basi.***

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler