Perajin Seni Ukir Kayu di Jatinangor Terpuruk Sejak Pandemi

- 8 Agustus 2021, 14:24 WIB
Pemilik Sanggar Reret Art Shop Dayat Supriatna pengrajin seni ukir di Dusun Bojong Eureun Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Sumedang.
Pemilik Sanggar Reret Art Shop Dayat Supriatna pengrajin seni ukir di Dusun Bojong Eureun Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Sumedang. /kabar-priangan.com/Devi S/

KABAR PRIANGAN - Pandemi Covid-19 tak bisa dipungkiri banyak berdampak pada merosotnya ekonomi masyarakat kecil dan menengah. Salah satunya dialami oleh pengrajin seni ukir kayu, Dayat Supriatna warga Dusun Bojong Eureun Desa Cibeusi, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Sejak Covid-19 masuk ke wilayah Indonesia pada awal Maret 2020, perekonomian pengrajin ukir kayu ini lumpuh total.
Dayat menuturkan, karena penjualan ukiran kayu lesu, ia terpaksa harus mengistirahatkan belasan karyawan dan pemuda di desanya, yang biasanya membantu produksi di sanggar miliknya.

Pengrajin seni ukir kayu aneka patung dan miniatur ini mengaku kehilangan omset 100 persen sejak pandemi melanda Indonesia. Penyebabnya, sektor pemasaran antar daerah hingga pameran yang biasanya menjadi tumpuan harapan tidak pernah digelar lagi.

Baca Juga: Awas, Jalur Salawu Rawan Longsor. Memasuki Musim Penghujan, Pengendara Harus Hati-hati

Dayat pemilik Sanggar Reret Art Shop tersebut, memulai usahanya sejak tahun 1990-an. Sanggarnya menghasilkan produk seni ukir kayu beraneka ragam.
Pemasaran hasil produksinya sampai ke Bali, Jakarta, Batam, bahkan ke Singapura.

"Sejak corona awal tahun 2020, pemasaran lumpuh sama sekali. Omset hilang 100 persen, kondisi pandemi memang mengancam kelangsungan usaha kami," ujar Dayat di sanggarnya di  Dusun Bojong Eureun Desa Cibeusi Kecamatan Jatinangor Sumedang.

Dayat menyebutkan, biasanya produk kayu ukir juga dipamerkan dan dipasarkan pada even pameran.
Namun selama pandemi gelaran berbagai pameran tidak diperbolehkan.

Baca Juga: Ada Masalah Keluarga, Gilang Nyebur ke Sumur. Supriono: Korban Berbuat Nekad untuk Menarik Perhatian Keluarga

Sebelum pandemi, Dayat mengungkapkan dari hasil karya ukir kayunya ini, ia kerap diundang negara lain untuk mengikuti pameran.
Kata Dayat, saat itu ia masih bisa mengusahakan membuka akses pemasaran ke daerah lain. Seperti ke Bali, Batam hingga Singapura.

"Jaya-jayanya usaha kami itu waktu zaman Presiden Soeharto. Waktu itu Ibu Tien (Istri Presiden Soeharto) membantu kami menerima produk-produk kami untuk dipasarkan di Jakarta. Setelah Ibu Tien meninggal, kami seperti anak kehilangan induknya," tuturnya.

Halaman:

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x